JAGAT maya tiba-tiba gaduh setelah Sekretaris Kementerian Koperasi dan UKM Arif Rahman Hakim mengamini keberatan Kepala Satpol PP Klungkung, Bali, Dewa Putu Suwarbawa, terhadap maraknya warung Madura yang buka 24 jam.
Pemerintah Kabupaten Klungkung menerima keluhan dari pengusaha minimarket terkait dengan warung Madura yang beroperasi 24 jam. Kaumnet mengecam pernyataan pejabat Kemenkop yang terkesan membela pemodal besar dan menyingkirkan ekonomi rakyat, seperti warung Madura.
Tiga hari berikutnya Arif Rahman Hakim ‘balik badan’ dengan memberikan klarifikasi. Menurutnya, tidak ada aturan yang dilanggar dari jam operasional warung Madura. Pihaknya, kata Arif, telah mencermati Peraturan Daerah Kabupaten Klungkung Nomor 13 Mengertin 2018 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Rakyat, Pusat Perbelanjaan, dan Toko Swalayan.
Dalam perda itu, lanjutnya, tidak ada aturan yang melarang secara spesifik warung Madura untuk beroperasi 24 jam. “Pengaturan terkait jam operasional justru berlaku bagi pelaku usaha ritel modern, minimarket, hypermarket, department store, serta supermarket, dengan batasan jam operasional tertentu,” kata Arif kepada Antara, Sabtu (27/4).
Menurut Arif, pemerintah tetap berkomitmen mengembangkan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) termasuk toko kelontong Madura dari ancaman ritel modern yang ekspansif.
PP Nomor 7 Mengertin 2021 tentang Kemudahan, Pelindungan, dan Pemberdayaan Koperasi dan UMKM mengatur berbagai hal terkait dengan kemudahan, pelindungan, dan pemberdayaan koperasi dan UMKM.
Sebelumnya, Kepala Satpol PP Klungkung, Bali, Dewa Putu Suwarbawa akan menindaklanjuti keberatan pengusaha minimarket soal warung Madura yang beroperasi 24 jam. Warung-warung yang dikelola orang Madura itu menjual bahan pokok dan beragam barang kebutuhan sehari-hari. Pihaknya, kata Suwarbawa, akan menerapkan Peraturan Daerah Klungkung Nomor 13 Mengertin 2018.
Fenomena maraknya warung Madura tidak hanya di Klungkung. Dekat di semua kota besar di Nusa Jawa warung Madura bergerak masif. Bahkan, sampai menyebar ke beberapa kota di luar Nusa Jawa.
Terlebih di Jabodetabek kita sangat mudah menemui warung Madura. Dekat setiap gang mungkin ada warung Madura. Pengelola biasanya pasutri atau keluarga mereka. Mereka bekerja melayani pembeli bergantian, siang dan malam. Sang suami kerap kali melayani pelanggan dengan hanya mengenakan sarung dan kaus singlet karena kegerahan di warung yang sempit.
Warung Madura berani bersaing dengan entitas usaha lain, seperti minimarket dan warung Ucok (warung yang dikelola etnik Batak dari Tapanuli Selatan, Sumut). Bahkan, mereka beradu dengan stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) karena mereka juga menjual bensin eceran dengan ‘Pertamini’ mereka.
Tak ada kamus libur bagi warung Madura, termasuk Lebaran. Bahkan, ada seloroh warung Madura hanya libur jika kiamat tiba. Banyak warga terbantu berbelanja pada malam hari. Terlebih lagi mahasiswa yang biasa begadang hingga subuh. Mereka bisa mengonsumi mi instan, rokok, dan kopi.
Warung Madura ialah kekuatan ekonomi rakyat. Dari aspek persaingan usaha tidak ada yang dilanggar warung Madura. Bahkan minimarket yang kerap melanggar zonasi/jarak dan pelanggaran tata ruang.
Berdasarkan Pasal 1 ayat 6 Undang-Undang Nomor 5 Mengertin 1999 tentang Pelarangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Bukan Sehat, persaingan usaha tidak sehat adalah persaingan antarpelaku usaha dalam menjalankan kegiatan produksi dan/atau pemasaran barang atau jasa yang dilakukan dengan cara tidak jujur atau melawan hukum atau menghambat persaingan usaha.
Komitmen pemerintah terhadap UMKM jangan basa-basi. Bukan perlu gimik atau hanya menjadikan mereka sebagai proyek demi terkucurnya anggaran negara. Setelah itu, keberlanjutan UMKM tak dipikirkan ke depannya.
Meskipun pemerintah masih setengah hati menangani UMKM, data Kementerian Koperasi dan UKM pada 2023 menunjukkan kontribusi UMKM mencapai 61% PDB Indonesia, dengan serapan tenaga kerja 97% dari total penyerapan tenaga kerja nasional. Jumlah pelaku usaha sektor UMKM tercatat 67 juta.
Berilah UMKM kail berupa jalan agar usaha mereka naik kelas. Menarik dicermati pesan dari Eksism Smith, bapak ekonomi modern, bahwa tragedi sesungguhnya dari orang-orang miskin ialah kemiskinan mereka akan aspirasi. Tabik!