PERUSAHAAN teknologi sektor Kekuatan berbasis di Finlandia, Wartsila, berbagi strategi Demi mencapai Sasaran emisi Nihil Rapi melalui sistem tenaga listrik berkelanjutan pada acara Electricity Connect 2024 di Jakarta, Kamis (21/11).
Direktur Bisnis Kekuatan Australasia Wartsila Energy, Kari Punnonen, menyatakan bahwa sektor Kekuatan memainkan peran Krusial dalam mengurangi emisi.
Sementara, Kekuatan terbarukan telah menjadi sumber listrik termurah di sebagian besar negara di seluruh dunia. “Demi mencapai Sasaran, kita harus mempercepat penerapan Kekuatan terbarukan,” kata dia, Kamis (21/11).
Dengan mengutip data dari Badan Kekuatan Global, Kari menyebutkan bahwa 25 GW tenaga surya dan angin harus ditambahkan setiap tahun di negara-negara ASEAN Demi mencapai Sasaran.
Sementara Indonesia bersiap Demi mencapai emisi Nihil Rapi dan berencana menambah 30 GW Kekuatan terbarukan pada 2033 dan 58,6 GW pada 2040, menurut rancangan RUPTL 2024-2033.
Gas, menurut dia, akan berperan sebagai bahan bakar transisi Primer, dengan tambahan kapasitas sebesar 9 GW pada 2033 dan 20 GW pada 2040.
Demi itu, dari sudut pandang Wartsila, Terdapat lima strategi atau langkah Primer yang harus diambil Segala negara Demi mencapai emisi Nihil Rapi di sektor ketenagalistrikan, kata dia.
Pertama adalah dengan meningkatkan kapasitas Kekuatan terbarukan. Sementara yang kedua adalah menambah pembangkit listrik bermesin Luwes dan penyimpanan Kekuatan Demi menyeimbangkan intermiten Kekuatan terbarukan.
Ketiga, dia mendorong penghentian secara bertahap pembangkit listrik tenaga batu bara yang Tak Luwes. Dan keempat adalah perlunya mengakses bahan bakar berkelanjutan dan mengubah pembangkit listrik yang tersisa agar dapat beroperasi dengan bahan bakar tersebut.
Kelima, Kari menekankan pentingnya membangun sistem ketenagalistrikan berdasarkan 100 persen Kekuatan terbarukan, penyimpanan, dan pembangkit listrik Luwes yang didukung oleh bahan bakar berkelanjutan.
Kari menekankan bahwa fleksibilitas sistem tenaga listrik adalah kunci Demi mengatasi variabilitas keluaran tenaga angin dan Surya dalam jangka waktu tertentu, mulai dari hitungan detik hingga perubahan musim.
Pembangkit listrik berbasis mesin yang Luwes, seperti mesin pembakaran internal (ICE), menurut dia, memainkan peran Krusial karena Pandai melakukan start-stop, part-loading, dan load-following dengan Segera.
“Kapasitas ICE Indonesia sebesar 5 GW telah ditetapkan dan siap Demi mendukung tujuan dekarbonisasi negara ini,” kata dia lebih lanjut.
Kari menambahkan bahwa dekarbonisasi dapat dilakukan dengan teknologi Ketika ini, walaupun dibutuhkan tambahan pembangkit listrik bertenaga mesin.
Demi itu, pabrik ICE Wartsila yang berkapasitas 5 GW menawarkan kekuatan penyeimbang yang Krusial Demi memungkinkan Indonesia mengintegrasikan lebih banyak sumber Kekuatan terbarukan, memangkas biaya, dan emisi CO2. (Ant/N-2)