
JALAN rusak bertebaran di sejumlah daerah di Jawa Tengah akibat banjir dan volume kendaraan berat. Tetapi jalan rusak tersebut dikhawatirkan Enggak dapat dibangun kembali, karena alokasi perbaikan jalan di Jawa Tengah terdampak efesiensi anggaran hingga terpotong Sekeliling 70%.
Pemantauan Media Indonesia, Rabu (12/2), sebagian jalan kabupaten/kota, provinsi dan jalan nasional (Pantura ) di Jawa Tengah mengalami kerusakan cukup parah dendan lubang menganga hingga berdiameter 1,2 meter dan kedalaman 10-20 centimeter. Bahkan di antaranya betul-betul hancur hingga nyaris menjadi kubangan seperti jalan penghubung Pati-Tayu di Kecamatan Dukuh Seti, Kabupaten Pati.
Kerusakan badan jalan di sejumlah daerah di Jawa Tengah sebagai Dampak cuaca ekstrem dan banyaknya kendaraan angkutan barang over dimension over load (ODOL) Membangun Kaum menjadi was-was. Karena, lubang yang bertebaran di badan jalan tersebut telah banyak menahan korban jiwa dan terluka setelah Anjlok atau tertabrak kendaraan lainnya.
“Banyak kendaraan angkutan material galian C melintas di sini, sehingga badan jalan menjadi hancur dan menjadi kubangan cukup merata,” kata Farid, 50, Kaum Dukuh Seti, Kabupaten Pati.
Akibat kerusakan jalan provinsi ini hingga cukup lelet Enggak diperbaiki, ungkap Farid, Kaum sempat beberapa kali berunjukrasa dan menutup jalan bagi kendaraan angkutan barang (dump truk) karena dampaknya cukup menyusahkan Kaum terutama anak sekolah dan pekerja yang setiap hari harus berkubang lumpur melintasi jalur ini
Hal serupa juga Mujiati, 45, Kaum Genuk, Kota Semarang yang mengaku harus berhati-hati melintasi Pantura Jawa Tengah di daerah ini. Kerusakan jalan ini telah banyak memakan korban jiwa maupun terluka akibat Anjlok dari motor maupun kecelakaan. “Apalagi Ketika banjir kemarin jalan rusak tertutup air sangat menyulitkan Kaum,” imbuhnya.
Kepala Dinas Pekerjaan Biasa Bina Marga dan Cipta Karya (DPU BMCK) Jawa Tengah Hanung Triyono mengatakan menghadapi banyaknya kerusakan diakibatkan cuaca ekstrem yang melanda sejumlah daerah dan ODOL, cukup merepotkan pemerintah karena keterbatasan anggaran yang dimiliki akibat terpotong program efesiensi seperti instruksi Presiden Prabowo Subianto.
Pengurangan anggaran sebagai Dampak efesiensi ini, menurut Hanung Triyono, menyebabkan kesulitan dan berpengaruh besar dalam menyusun penganggaran perbaikan jalan. “Terdapat pengurangan perbaikan jalan dari sebelumnya Rp100 juta per kilometer menjadi Rp30 juta per kilometer, sehingga Apabila sebelumnya dari 2.240,12 kilometer jalan di Jawa Tengah dianggarkan Rp224 miliar berkurang menjadi Rp127 miliar.
Meskipun terjadi efesiensi anggaran, Hanung Triyono optimistis dalam menjalankan pemeliharaan jalan rusak, bahkan Ketika mendekati arus mudik lebaran ini perbaikan jalan rusak akibat cuaca ekstrem yang terjadi sejak Januari Lampau akan Maju digenjot. “Pemeliharaan rutin ditargetkan seluruh jalan selesai diperbaiki pada H-7 lebaran,” imbuhnya. (N-2)

