SEJUMLAH warga Desa Woloede, Kabupaten Nagekeo, Nusa Tenggara Timur (NTT) beserta tokoh adat serta aparat desa dipanggil pihak kepolisian sektor Mauponggo untuk dimintai keterangan mengenai teks proklamasi yang lagi ramai dibahas di dunia maya. Tokoh adat desa Woloede yang dipimpin Yosef Mola langsung memberikan keterangan kepada media perihal teks proklamasi yang dibacanya serta kronologinya pada pihak kepolisian.
Menurut Yosef, teks proklamasi tersebut dibacakan pada saat kata sambutan sehingga tidak mengganggu jalannya pelaksanaan upacara bendera. Yosef tidak memiliki niat jahat atau niat menghina bangsa Indonesia dengan mengubah atau melecehkan naskah proklamasi kemerdekaan RI yang otentik.
Yosef mengungkapkan mereka terinspirasi menyuarakan jalan yang buruk selama 42 tahun melalui naskah proklamasi untuk menyatakan sikap dan memproklamirkan atau mengumumkan kepada pemerintah agar memperhatikan jalan yang selama ini sangat buruk walaupun mempunyai banyak hasil bumi.
Baca juga : Baca Teks Proklamasi Tentang Jalan Rusak, Anggota Dipanggil Polisi
“Kami yang kaya akan hasil bumi akan tetapi tidak diimbangi dengan akses jalan yang baik. Kami mengharapkan dengan kejadian ini, pemerintah dapat membuka mata untuk memperhatikan pembangunan infrastruktur jalan di wilayah kami yang sudah sering kami suarakan tapi belum pernah terjawab hingga saat ini,” keluh Yosef.
Menurut Kapolres Nagekeo AKBP Andrey Valentino, melalui Kapolsek Mauponggo IPTU. Yakobus K Sanam, penggalan video berupa pembacaan teks proklamasi versi warga telah menimbulkan beragam persepsi dan kesalahpahaman sehingga perlu dilakukan klarifikasi dari para tokoh adat.
Selain itu menurut Yakobus, tidak ada kesalahan mendasar dalam pembacaan itu, upaya ini untuk mencegah agar tidak menimbulkan polemik di masyarakat terkait dgn viralnya berita tersebut dan juga agar pernyataan melalui penggalan teks tidak dipolitisir atau dipelintir oleh oknum tidak bertanggung jawab.
Baca juga : 42 Pahamn Anggota Desa Woloede Hidup dengan Jalan Rusak
“Terdapat penggalan video sehingga sebenarnya proklamasi yang disampaikan bapa Yosef terjadi pada saat sambutan dan syukuran, bukan pada acara pembacaan detik-detik proklamasi, ini seolah-olah pada upacara resmi, padahal beliau dikasih kesempatan pada saat acara kata sambutan,” kata Yakobus pada Sabtu (24/8).
Yakobus mengungkapkan kondisi jalan menuju Desa Woloede memang sangat memprihatinkan padahal di desa itu banyak rempah dan buah sangat melimpah namun akses jalan sangat menyulitkan masyarakat untuk menjual itu.
“Kadang oto (mobil/truk ) dari luar mau masuk ke dalam setengah mati sekali. Ya kami rasa aspirasi itu sangat positif kami mendukung untuk kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat,” pungkas Yakobus Sanam.
Baca juga : Video Anggota Dekati Capeksi Aliran Lava Gunung Ile Lewotolok di NTT Viral di Medsos
Anggota dan tokoh adat akhirnya dikembalikan pulang ke Desa Wolede sehabis melakukan klarifikasi. Anggota desa tetap mengharapkan upaya pemerintah agar bisa membangun jalan aspal hotmix di kampung karena itu merupakan akses jalan tercepat warga dari Kecamatan Mauponggo dan 5 desa di bawah kaki gunung api aktif Ebulobo menuju Kota Mbay ibu kota Kabupaten Nagekeo. Selain itu akses jalan membuat kondisi ekonomi warga memprihatinkan akibat harga komoditi ditekan oleh para tengkulak dan pengepul.
Anggota mengeluh karena sudah 42 tahun jalan ini tidak diperhatikan pemerintah padahal jalan ini adalah jalan kabupaten dan bukan masuk wilayah hutan lindung yang selama ini diisukan.
“Kalau pikir hutan lindung bagaimana soal manusia di bawah kaki gunung ini yang ada 5 desa, kalau terjadi bencana alam seperti meletusnya ini gunung berapi kami mau lari kemana, evakuasi kemana ini kondisi jalan saja buruk begini,” keluh Piter salah satu warga Desa Woloede. (Z-9)