Liputanindo.id – Partai terbesar dalam pemerintahan sementara Thailand, Pheu Thai, akan menagdakan pertemuan untuk memilih calon Perdana Menteri yang baru. Pemilihan ini diadakan setelah Srettha Thavisin dipecat dari jabatannya.
Pemecatan Srettha Thavisin oleh Mahkamah Konstitusi pada Rabu (14/8) merupakan pukulan telak terbaru bagi Pheu Thai. Pheu Thai mengatakan para eksekutif akan mengadakan rapat dan memutuskan kandidat pengganti Srettha Thavisin.
“Proses pembentukan pemerintahan baru seharusnya tidak memakan waktu lebih lama dari tiga minggu,” kata sekretaris jenderal partai Sorawong Thienthong, dikutip Reuters, Kamis (15/8/2024).
Pheu Thai mencalonkan dua kandidat terkuat untuk menggantikan Srettha, mereka adalah Chaikasem Nitisiri, mantan jaksa agung dan menteri kehakiman, serta Paetongtarn Shinawatra yang merupakan putri dari tokoh politik terkemuka Thaksin Shinawatra.
Srettha adalah perdana menteri keempat gerakan tersebut yang dicopot oleh putusan pengadilan. Pencopotan Srettha ini terjadi di tengah gejolak Thailand dalam menghadapi kesulitan ekonomi yang tersendat.
Ketidakpastian pergolakan politik Thailand ini pun dinilai bisa menambah tekanan pada ekonomi. Runtuhnya kekuasaan Srettha juga dapat mengindikasikan berakhirnya ketegangan antara Thaksin dan musuh-musuhnya di kalangan elit konservatif dan pengawal lama militer, yang memungkinkan taipan itu kembali dari pengasingannya pada tahun 2023 dan sekutunya Srettha menjadi perdana menteri pada hari yang sama.
Srettha Thavisin dipecat oleh Mahkamah Konstitusi setelah dinilai melanggar kode etik dengan mengangkat mantan narapidana, Pichit Chuenban, ke dalam jajaran menteri. Pichit sempat dipenjara dalam kasus menghina pengadilan pada tahun 2008 atas dugaan upaya menyuap staf pengadilan, yang tidak pernah terbukti.