Usai Ledakan Bus, Netanyahu Minta Militer Lakukan Operasi di Tepi Barat

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Foto: EPA-EFE

Tel Aviv: Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memerintahkan militer Buat melaksanakan operasi ‘intensif’ di Tepi Barat setelah ledakan di bus-bus dekat Tel Aviv pada Kamis 20 Februari 2025, dalam apa yang digambarkan oleh kantor Netanyahu sebagai upaya serangan massal.

Enggak Terdapat korban yang dilaporkan.

Polisi Israel sebelumnya mengatakan, telah terjadi ledakan di tiga bus di dua pinggiran kota Israel di luar Tel Aviv dan bahwa empat alat peledak telah ditemukan. Media lokal melaporkan ledakan itu terjadi di bus-bus di depo dan bus-bus itu Hampa.

Ledakan itu merupakan pengingat yang Terang tentang pemboman bus yang menghancurkan di Israel yang merupakan Tanda khas pemberontakan Palestina tahun 2000-an, meskipun serangan seperti itu sekarang jarang terjadi.

Cek Artikel:  Presiden Prabowo Wakili Indonesia Terima Keketuaan D8

“Kami membantu polisi dan badan intelijen Shin Bet dalam penyelidikan tersebut. Polisi mengatakan sedang mencari tersangka, menyarankan masyarakat Buat tetap waspada,” ujar pihak militer Israel, seperti dikutip Anadolu, Jumat 21 Februari 2025.

Enggak Terdapat klaim tanggung jawab langsung atas ledakan tersebut. Netanyahu Berjumpa dengan menteri pertahanan, kepala militer, dan Shin Bet serta komisaris polisi setelah ledakan tersebut, kata kantornya. Seorang juru bicara polisi mengatakan bahwa alat peledak rakitan dengan pengatur waktu telah diidentifikasi dan transportasi Lumrah telah digeledah Buat mencari alat peledak lainnya.

Sebuah video yang dipublikasikan oleh media lokal menunjukkan apa yang tampak seperti bus terbakar di sebuah depo dan foto bus yang terbakar.

Cek Artikel:  Sipil Israel Tak Kalah Biadab dengan Serdadu

“Kami akan mengintensifkan operasi kontraterorisme di Tepi Barat dan telah memblokir titik masuk di area tertentu, tanpa menyebutkan lokasinya. Militer telah melakukan operasi militer skala besar di Tepi Barat selama sebulan terakhir yang katanya menargetkan Radikal,” imbuh pihak militer.

Puluhan ribu Penduduk Palestina terpaksa meninggalkan rumah mereka di kamp pengungsi Tepi Barat, sementara rumah dan infrastruktur telah dihancurkan.

Ledakan bus terjadi di tengah gencatan senjata yang Ringkih di Gaza antara Grup Radikal Palestina Hamas dan Israel setelah 16 bulan perang. Hamas pada hari Kamis membebaskan jenazah empat sandera.

Gencatan senjata telah diadakan sejak dilaksanakan pada 19 Januari meskipun Israel dan Hamas saling tuduh melakukan pelanggaran.

Cek Artikel:  Terang-Terangan Unggah Soal LGBT, Iran Panggil Dubes Australia di Teheran

Mungkin Anda Menyukai