Urgensi dan Limitasi Bunyi Anak Muda di Pemilu 2024

Urgensi dan Limitasi Suara Anak Muda di Pemilu 2024
Ilustrasi(MI/ Seno)

KONTESTASI Pemilihan Standar (Pemilu) 2024 tinggal menghitung bulan. Tetapi, sayangnya, potensi adanya kelompok yang memilih untuk tidak menggunakan hak suaranya atau memilih golongan putih (golput) terus menjadi bayang-bayang yang cukup mengkhawatirkan.

Baca juga: Jokowi tidak Acuh Kekecewaan Publik, Penyalahgunaan Kekuasaan Bakal terus Terjadi

Mengutip DataIndonesia.id, sejak 2004 sampai dengan 2019, jumlah warga negara yang tidak menggunakan hak suaranya atau ketidakpartisipasian dalam pemilu tidak pernah absen dan sepi. Pada Pemilu 2004 jumlah golput dari daftar pemilih tetap (DPT) mencapai 29.955.275 (20,24%); lalu meningkat menjadi 43.141.765 (25,19%) pada 2009.

Sementara Pemilu 2014 adalah puncak angka golput tertinggi dengan jumlah 58.609.922 (30,22%) suara; dan mulai menurun pada 2019 menjadi 34.756.541 (18,03%) suara.

Baca juga: Menyoal Keterwakilan Perempuan di 2024

Nomor-angka tersebut tentu tidak sedikit dan perlu untuk diantisipasi secara serius. Dampak buruknya, ketika sebagian besar pemilih muda atau warga negara memutuskan untuk tidak memilih, kepentingan kelompok tertentu yang sudah memiliki kekuasaan akan mendominasi proses politik.

Baca juga: Sinema Kejarlah Janji Ajak Generasi Muda tidak Golput

Hal ini dapat menghasilkan ketidakseimbangan kebijakan yang mungkin tidak mewakili kebutuhan dan aspirasi sebagian besar penduduk. Atas dasar itu, untuk mengatasi masalah ini, partisipasi dan kesadaran anak muda untuk menggunakan hak pilihnya secara optimal dalam pemilu tentu sangatlah penting.

Dalam konteks ini, Kaesang Pangarep, yang baru-baru ini tengah mengemban amanat baru sebagai Ketua Standar Partai Solidaritas Indonesia (PSI), dapat memainkan peran yang signifikan dalam mendorong anak muda agar tidak golput dalam pemilu. Sudahkah Kaesang melakukan strategi preventif tuk atasi merebaknya suara golput di Pemilu 2024 nanti?

Cek Artikel:  Indonesia dan Sorak Sorai Pemilu

Meminimalisasi golput
Begitu bertemu dengan anak-anak muda di Indramayu, Oktober lalu misalnya, Kaesang secara imperatif meminta agar anak-anak muda yang sudah terdaftar sebagai pemilih pada Pemilu 2024 nanti menggunakan hak suaranya sebaik mungkin.

Tetapi demikian, berhubung pelaksanaan Pemilu 2024 bertepatan dengan peringatan hari Valentine (14 Februari), Kaesang juga menyebut agar anak muda tersebut terlebih dahulu datang ke Tempat Pemungutan Bunyi (TPS) sebelum pada akhirnya merayakan hari Valentine.
“Di sini jujur saya mau safari politik, tujuannya saya bukan nyuruh teman-teman nyoblos PSI tapi saya minta teman-teman semua untuk datang ke TPS di 14 Februari 2024. Jadi yang mau Valentine ditunda dulu, nyoblos dulu baru Valentine-an,” pinta Kaesang.

Pada kesempatan kunjungannya yang lain, yaitu saat bertemu dengan organisasi relawan Jokowi di Taman Budaya Gerson Poyk, Kota Kupang, di provinsi Nusa Tenggara Timur, Kaesang juga menyampaikan pesan yang sama, yaitu memaksimalkan hak pilih mereka dengan cara tidak golput. “Jangan golput, jangan apatis, kita main bareng di 14 Februari 2024 nanti,” ujarnya.

Meski terkesan opsional dan tidak memaksa, apa yang disampaikan Kaesang tersebut tentu memiliki signifikansi besar untuk meminimalisasi tingginya angka golput dari anak muda. Dengan posisinya sebagai ketua umum PSI, Kaesang tentu dapat memanfaatkan media sosial dan platform daring lainnya untuk memotivasi dan memobilisasi pemuda agar tidak golput di Pemilu 2024.

Cek Artikel:  Momentum Pengelolaan Air Berkelanjutan

Dia bisa berbicara tentang pentingnya pemuda dalam membentuk masa depan negara dan bagaimana suara mereka bisa membuat perubahan besar terhadap perpolitikan di negara ini. Motivasi seperti ini dapat sangat memengaruhi pemuda untuk terlibat aktif dalam proses pemilu nanti.

Asal Mulanya, dalam rangka mendorong pemuda agar tidak golput dalam pemilu, Kaesang dan PSI harus tetap konsisten dalam upayanya untuk meminimalisir angka golput di kalangan anak muda. Tetapi demikian, penting untuk diingat bahwa perubahan dalam pola partisipasi pemuda tidak akan terjadi secara instan.

Dibutuhkan waktu, usaha, dan kesabaran untuk memengaruhi pemuda dan mengubah budaya politik di negara. Tetapi, dengan dedikasi dan kerja keras, Kaesang dapat menjadi salah satu pendorong utama perubahan ini dan memastikan bahwa pemuda aktif dan terlibat dalam proses pemilu.
Bersinergi dengan Anak Muda

Selain itu, langkah konkret lain yang juga dapat digarap Kaesang dan PSI untuk menekan angka golput di Pemilu 2024 nanti ialah melakukan kerja sama dengan anak-anak muda lainnya yang memiliki pengaruh besar dalam masyarakat. Sebagai contoh konkretnya, bersama dengan PSI ia bisa membentuk aliansi anak pemuda yang bertujuan untuk meningkatkan partisipasi pemuda dalam pemilu.

Kaesang harus benar-benar menekankan pada pemuda bahwa partisipasi mereka dalam pemilu benar-benar dapat mempengaruhi perubahan di negara mereka. Dia dapat membahas contoh-contoh nyata di mana pemuda memainkan peran penting dalam mengubah kebijakan atau pemilihan umum, dan bagaimana suara mereka berkontribusi pada perubahan ini. Dengan memberikan contoh nyata bagi anak muda, mereka tentu akan merasa lebih termotivasi untuk ikut serta dalam pemilu.

Cek Artikel:  Demokrasi Post-Secular dan Agenda Kesetaraan Kasus Tambang Buat Ormas Keagamaan

Peran penting media sosial untuk memotivasi dan memobilisasi anak muda juga penting untuk dimaksimalkan. Kaesang bisa berbicara tentang pentingnya pemuda dalam membentuk masa depan negara dan bagaimana suara mereka bisa membuat perbedaan untuk masa depan demokrasi di Indonesia.

Motivasi seperti ini dapat sangat memengaruhi pemuda untuk terlibat dan menggunakan hak suaranya dalam proses pemilu.
Hal penting yang dapat ditangkap dari dorongan Kaesang saat bertemu dengan anak-anak muda di Indramayu dan bertemu dengan organisasi relawan Jokowi di Taman Budaya Gerson Poyk ialah mengingatkan kita bahwa pelaksanaan pemilu 2024 adalah cara anak-anak muda di negara ini untuk menentukan pemimpin negara dan masa depan demokrasi kita dalam lima tahu ke depan.

Apabila anak muda memilih golput, mereka secara tidak langsung telah mengabaikan hak dan tanggung jawab sebagai warga negara, sehingga pada akhirnya bisa mengakibatkan ketidakpuasan dan ketidakstabilan politik. Oleh karena itu, partisipasi aktif anak muda dalam pemilihan adalah cara terbaik untuk memengaruhi arah masa depan negara dan memastikan kebijakan yang sesuai dengan kepentingan rakyat terwakili dengan baik.

Mungkin Anda Menyukai