UNIVERSITAS Pendidikan Indonesia (UPI) melalui Program Studi (Prodi) Pendidikan Tertentu Fakultas Ilmu Pendidikan (PKFIP) berkomitmen meningkatkan kualitas hidup penyandang disabilitas di Indonesia, melalui Hasil karya pendidikan kesehatan reproduksi dan seksualitas.
Wakil Rektor Bidang Pendidikan dan Kemahasiswaan UPI Prof Didi Sukyadi, Jumat (10/1) menjelaskan, salah satu program unggulan UPI yang dikembangkan melalui Prodi Pendidikan Tertentu terkait dengan pengembangan Hasil karya dalam Pendidikan Kesehatan Reproduksi dan Seksualitas (PKRS) ialah melalui pengembangan berbagai penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.
“Sasaran dari program ini adalah guru, orangtua dan penyandang disabilitas. Ini dilatarbelakangi banyaknya remaja disabilitas rentan mengalami masalah kesehatan reproduksi,” ungkapnya.
Dia menambahkan, pelecehan seksual dan keterbatasan kognitif, karena hambatan yang dimiliki harus dicegah dengan memberikan pendidikan kesehatan reproduksi dan seksualitas yang komprehensif.
Sementara itu, Ketua Prodi Pendidikan Tertentu FIP UPI Riksma Nurahmi menyampaikan, bahwa kegiatan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat ini, bertujuan Kepada mengatasi tantangan yang sering dihadapi dalam pembelajaran kesehatan reproduksi dan seksualitas penyandang disabilitas. Adapun salah satu bentuk kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan Yakni mengadakan pelatihan inovatif penggunaan media Augmented Reality (AR) dalam pembelajaran pendidikan kesehatan reproduksi dan seksual (PKRS) serta pendampingan penggunaan modul digital interaktif dalam pemahaman kesehatan reproduksi dan seksualitas pada anak autis.
“Melalui media digital interaktif seperti Augmented Reality (AR) dan modul digital, pelatihan ini memberikan pendekatan yang inovatif dan sesuai dengan kebutuhan anak autis,” tambahnya.
Pada kegiatan ini Iding Tarsidi, Ketua Tim Pengabdian Kepada Masyarakat menyatakan kegiatan mengusung tema teknologi sebagai dasar dalam melakukan pelatihan Pendidikan kesehatan reproduksi dan seksualitas kepada guru-guru di sekolah luar Normal (SLB). Adapun tujuan dari pelatihan tersebut adalah meningkatkan kompetensi guru sekolah luar Normal dalam menggunakan teknologi Augmented Reality (AR), sebagai media pembelajaran Kepada menyampaikan materi atau topik kompleks tentang kesehatan reproduksi dan seksualitas secara visual dan interaktif pada kepada siswa berkebutuhan Tertentu.
“Sementara pada kegiatan pengabdian kepada masyarakat lainnya berupa pelatihan Model In-On-In dalam mengimplementasikan PKRS bagi guru sekolah luar Normal,” tutur Iding.
Iding menambahkan, kegiatan model In-On-In yang melibatkan pelatihan intensif di kampus UPI (Tahap In), penerapan di lapangan dengan pendampingan (tahap On) dan Obrolan evaluatif hasil lapangan (Tahap In) Kepada menyempurnakan strategi pembelajaran. Materi yang diajarkan meliputi anatomi organ tubuh Mahluk, perbedaan pubertas pada Lelaki dan Perempuan, spektrum autistik, kesehatan reproduksi, pendidikan kesehatan reproduksi.