Nilai Ganti rupiah dibuka melemah 43 poin atau 0,27% menjadi Rp15.914 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp15.871 per dolar AS, pada Kamis (21/11). Analis mata Dana Finex, Brahmantya Himawan, mengatakan pelemahan itu disebabkan oleh semakin panasnya konflik antara Ukraina dan Rusia.
“Permintaan dolar AS juga menjadi meningkat karena menjadi mata Dana safe haven di tengah memanasnya konflik Ukraina-Rusia dan baru-baru ini Putin menyinggung tentang senjata nuklir,” kata Brahmantya di Jakarta.
Ketegangan geopolitik juga mendukung dolar AS karena merupakan mata Dana safe haven. Ketika geopolitik memanas, Aliran menuju ke mata Dana safe haven dunia semakin deras. Selain itu, pelemahan rupiah juga dikarenakan Trump Trade yang membawa dolar AS menguat pesat setelah kemenangan Donald Trump yang kembali terpilih menjadi presiden Amerika Perkumpulan.
Brahmantya menuturkan rupiah berpotensi diperdagangkan pada kisaran harga Rp15.900 per dolar AS Tiba dengan Rp16.100 per dolar AS pada hari ini.
Dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) Lagi mempertahankan Spesies Tumbuh acuan BI rate pada level enam persen dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang berlangsung selama 19-20 November 2024 guna mendukung stabilisasi rupiah.
Kemudian, Program Presiden Prabowo Demi menekan nilai dolar AS dengan menggenjot hilirisasi pada enam komoditas pertanian strategis.
Enam komoditas yang diutamakan dalam program hilirisasi pertanian adalah kelapa, cengkeh, sawit, lada, kakao, dan kopi karena Mempunyai potensi besar Demi dikembangkan, Bagus dari segi produksi maupun ekspor. Indonesia Mempunyai Kesempatan ekspor yang sangat besar, dan hilirisasi diharapkan dapat menciptakan nilai tambah setidaknya 20 kali lipat. (Ant/Z-11)