Uji Publik Kandidat Pilpres

DALAM perspektif penguatan demokrasi, ajang uji dan adu visi, gagasan, serta program para calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) di depan publik adalah proses yang meninggikan rasionalitas. Berkualitas rasionalitas sang calon maupun rasionalitas publik.

Dari proses yang rasional itu pula akan dihasilkan pilihan yang rasional, bukan pilihan yang semata didasari emosional, apalagi fanatisme buta.

Dengan dasar itu sudah semestinya ruang publik dibuka seluas-luasnya bagi para kandidat untuk bisa dinilai, diuji gagasan dan visinya. Arena diskusi dan perdebatan yang substantif harus digelar secara masif sehingga publik bisa melihat kapasitas dan kualitas dari tiap-tiap calon. Ini penting karena salah satu di antara merekalah yang bakal menjadi nakhoda untuk membawa Indonesia meraih kemajuan di masa mendatang.

Cek Artikel:  Menelanjangi Capres di Mimbar Debat

Kita patut menyambut baik munculnya banyak inisiatif dari sejumlah lembaga yang menggelar uji publik bagi para capres dan cawapres secara terbuka. Setelah CSIS dan Indef yang tempo hari mengajak para kandidat Pilpres 2024 beradu gagasan soal visi politik luar negeri dan visi ekonomi mereka, berikutnya PP Muhammadiyah juga sudah menyiapkan arena uji publik terbuka.

Tiga pasangan calon bakal diuji program-programnya, sesuai yang mereka janjikan dalam visi-misi yang diserahkan saat mendaftar ke KPU. Penyelenggaraan uji publik tersebut akan dilakukan sebelum masa kampanye dimulai pada 28 November 2023.

Pada sisi yang lain, kita juga layak memberikan apresiasi kepada ketiga capres-cawapres yang sejauh ini merespons setiap ajakan uji publik itu dengan cukup antusias.

Cek Artikel:  Silaturahim tanpa Bagi-Bagi Kekuasaan

Definisinya ada kesadaran dari para kandidat bahwa rasionalitas dari sebuah kontestasi demokrasi melalui pemilu adalah kontestasi gagasan, kontestasi ide. Itu yang mestinya dipertarungkan, bukan sekadar beradu jargon atau baliho.

Pun, tampaknya mulai ada pemahaman dari para kandidat bahwa pemilu bukan sekadar kompetisi untuk meraup suara terbanyak atau elektoral tertinggi.

Lebih dari itu, pemilu adalah instrumen untuk menghasilkan pemimpin bangsa yang punya integritas, kapabilitas, dan tentu saja kualitas. Salah satunya melalui uji publik itulah, integritas, kapabilitas, dan kualitas para calon bisa dinilai.

Ranah publik saat ini boleh dibilang semakin kumuh dengan maraknya penyelewengan, intrik, dan kebohongan politik yang kerap melebihi daya pikul masyarakat.

Cek Artikel:  Soal Pangan belum Kondusif

Publik juga tak lagi mempan dijejali janji-janji manis dan utopis yang pada akhirnya hanya menjadi hiasan di atas kertas, tanpa mampu dieksekusi dan diimplementasi.

Yang dirindukan bangsa ini ialah tawaran gagasan serta program yang cerdas dan berkualitas dari para calon pemimpin masa depan.

Dengan semakin banyaknya arena untuk mempertandingkan gagasan dan program cerdas itu, niscaya Pemilu 2024 akan menjadi lebih rasional dan pada ujungnya akan menghasilkan pemerintahan yang berkualitas.

Dari uji publik akan terlihat mana capres yang menawarkan gagasan cerdas, genuine

, menggunakan kajian, dan mana yang sekadar copy paste

, utopis, atau asbun alias asal bunyi. Silakan rakyat mencermati dengan saksama. Jangan sampai sesal kemudian tak berguna.

Mungkin Anda Menyukai