Tuntut Kesepakatan Pertukaran Sandera, Pengunjuk Rasa Blokir Jalan Menuju Kantor Netanyahu
Pengunjuk rasa Israel memblokir jalan menuju kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu di Yerusalem Barat dan menuntut kesepakatan pertukaran sandera dengan Hamas.
Situs berita Walla mengatakan para pengunjuk rasa menempatkan kotak suara di jalan untuk menuntut pemilu dini dan menganjurkan pertukaran sandera.
Baca juga : Iran Tembakkan 180 Rudal Balistik ke Israel, Biden dan Netanyahu Merespons
Situs tersebut mengkonfirmasi bahwa polisi membubarkan paksa pengunjuk rasa dan menahan tujuh orang.
Para rabi dari partai Zionisme Religius sayap kanan sebelumnya mendesak Netanyahu untuk menjajaki semua opsi untuk menjamin kembalinya sandera yang ditahan di Gaza. Bahkan jika hal itu memerlukan proses negosiasi.
Permintaan tersebut menyusul peringatan dari Arang Obaida, juru bicara sayap militer Hamas, Brigade Qassam, yang mengatakan ia tidak mengesampingkan kemungkinan tawanan Israel di Gaza memasuki terowongan gelap, menunjukkan kompleksitas situasi dan ketidakpastian mengenai hak serta masa depan mereka.
Baca juga : Hizbullah Tunjuk Komandan Baru Pengganti Aqil yang Dibunuh Israel
Sementara itu, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres telah menyatakan keprihatinannya atas meningkatnya krisis kemanusiaan dan politik di Gaza dan Libanon sambil mengutuk pelanggaran hukum internasional.
Guterres memperingatkan bahwa Gaza sedang memasuki tahun kedua krisis kehancuran dan menyebutnya sebagai mimpi buruk yang ditandai dengan keruntuhan kemanusiaan, politik, diplomatik dan moral.
Dia juga menyoroti penderitaan yang sangat besar, dengan mencatat lebih dari 41.000 warga Palestina tewas, sebagian besar perempuan dan anak-anak, dan ribuan lainnya masih hilang di bawah reruntuhan.
Guterres mengutuk pelanggaran hukum kemanusiaan internasional di Gaza dan menekankan peran penting Badan Sokongan dan Pekerjaan PBB (UNRWA), memperingatkan terhadap undang-undang Israel yang dapat membatasi upaya kontribusi mereka sehingga akan memperburuk situasi yang sudah mengerikan tersebut.
Dia juga menyampaikan kekhawatiran tentang meningkatnya konflik di Libanon, memperingatkan potensi perang habis-habisan karena serangan Israel telah menewaskan lebih dari 2.000 orang dan membuat lebih dari 1 juta orang mengungsi. (Trtworld/Z-6)