BENCANA kekeringan telah meluas hingga 208 desa yang tersebar di 94 kecamatan di 24 daerah di Jawa Tengah. Selain itu, 32 kabupaten dan kota menetapkan status siaga darurat kekeringan dan kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
Ribuan warga yang paling terdampak kekeringan adalah warga yang tinggl di Grobogan, Klaten, Cilacap, Pati, Blora, Semarang dan Wonogiri. Mereka hanya dapat mengandalkan bantuan air bersih karena sudah tidak ada sumber daya air lagi.
Baca juga : Atasi Kekeringan di Gunungkidul, Tambahan Sokongan Air Rapi Disiapkan
Bahkan di sejumlah daerah tersebut, warga terpaksa mencari air bersih hingga harus menempuh jarak hingga beberapa kilometer dari desa mereka, menggali sumur dangkal di dasar sungai yang mengering maupun membeli ke sejumlah pengecer, karena wilayahnya yang cukup terpencil. “Kami mencari hingga keluar masuk hutan sampai perbatasan daerah Ngawi (Jatim),” kata Suminto,50, Kaum Randublatung, Blora.
Hal serupa juga diungkapkan Wakijo,45, warga Pulo, Kabupaten Grobogan. Kepada mencari air bersih akibat kekeringan yang melanda terpaksa warga menggali dasar sungai yang telah mengering, meskipun hanya dapat satu atau dua ember per hari cukup untuk memenuhi konsumsi keluarga. Tetapi sejak awal bulan warga mulai sedikit lega karena adanya bantuan air bersih yang datang sepekan sekali.
Kepala Bidang Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Tengah Muhammad Chomsul mengatakan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah telah melakukan pemetaan daerah kekeringan pada 2024. Bahkan hingga jelang akhir Agustus ini tercatat sudah 208 desa tersebar di 96 kecamatan di 24 daerah terlanda kekeringan.
Baca juga : BPBG Gunungkidul Tambah Anggaran Sokongan Air Rapi
Menghadapi kekeringan dan kesulitan air bersih bagi ratusan ribu jiwa warga di 24 daerah itu, lanjut Muhammad Chomsul, bantuan air bersih terus digelontorkan dan hingga saat ini telah mencapai 7 juta liter didistribusikan kepada daerah tersebut. “Kami sudah lakukan rapat kordinasi dan terus memantau perkembangan di masing-masing kabupaten/kota,” tambahnya.
Selain bantuan air bersih dari Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, ungkap Muhammad Chomsul, bantuan juga didistribusikan dari pemerintah daerah masing-masing dan dari perusahaan melalui program corporate social responsibility (CSR), sehingga diharapkan akan dapat memenuhi kebutuhan warga yang saat ini mengalami kesulitan air bersih.
Ditanya tentang kebakaran hutan dan lahan sebagai dampak kemarau ini, menurut Muhammad Chomsul, berdasarkan data hingga Agustus ini telah mencapai 52 kejadian tersebar di 19 daerah menelan lahan seluas 89 hektare yakni rincian 88,9 hektare lahan dan 0,06 hektare tempat pembuangan akhir (TPA) sampah. ” Kejadian terbanyak di Kabupaten Bersih 5 kali kejadian, Demak dan Banyumas 3 kali kejadian,” imbuhnya. (N-2)