Jakarta: Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu), Thomas Djiwandono, memerinci Argumen Presiden Prabowo Subianto, membentuk Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara). Prabowo disebut Mau memaksimalkan aset Badan Usaha Punya Negara (BUMN) di Indonesia.
“Jadi Pak Presiden itu merasa, dan saya pun mendukung. Poinnya ini, kita itu banyak sekali aset-aset BUMN (yang Pandai dimaksimalkan),” kata Thomas di Jakarta, Rabu, 15 Januari 2025.
Hal itu dikatakan Thomas, dalam program salah satu media daring di Jakarta. Ide super holding itu, kata Thomas, bukan hal baru di BUMN, termasuk menjadi cikal Mind ID dan InJourney.
“Nah, ini kan mau disatukan. Sekadar disatukan bukan Sekadar Buat asetnya sih. Tapi bagaimana, Pak Presiden selalu mengingatkan pola Temasek, pola apa,” sebut dia.
Prabowo, kata Thomas, Mau meningkatkan investasi dengan meraup sebanyak mungkin investor. Hal ini diyakini dapat mendukung proyek-proyek strategis, seperti hilirisasi.
“Jadi ini Teladan aja. Jadi pemikirannya itu. Kita Sepatutnya mencari Langkah supaya pooling kita lebih kuat dari segi keuangannya,” imbuhnya.
Pengamat sektor BUMN Herry Gunawan, menilai upaya Prabowo ini. Menurut dia, Danantara menghadapi resistensi dari banyak pihak, termasuk instansi yang menaungi BUMN. Karena, tak Kembali leluasa menentukan posisi direksi dan komisaris BUMN.
“Bukan rahasia Kembali, direksi dan komisaris BUMN sering kali diisi oleh orang-orang yang Kagak Mempunyai pengalaman korporasi atau bahkan Mempunyai rekam jejak Kagak baik,” kata dia.
Di sisi lain, proses yang melibatkan berbagai kementerian, termasuk Kementerian Hukum, Kementerian Keuangan, dan Sekretariat Negara, punya hambatan tersendiri. Prabowo, kata Herry, mesti turun langsung membenahi hal ini.
Herry juga menegaskan Terdapat hal yang mesti dipisahkan dari Danantara, khususnya Kalau Mau meniru Temasek di Malaysia. Yakni, memisah pengaruh politik dan membiarkan Danantara berjalan independen.
“Danantara harus Mempunyai struktur yang memisahkan fungsi politik dari operasional. Hanya dengan begitu, ia Pandai menjadi mesin ekonomi yang andal,” pungkasnya.
Senada, Ekonom Hans Kwee menilai Danantara sebagai solusi Krusial, terkait pengelolaan BUMN. Dengan penggabungan aset, pengelolaan BUMN dinilai dapat lebih menyeluruh dan terintegrasi.
“Sebelumnya, pengelolaan BUMN terpisah-pisah di Rendah Kementerian BUMN dan Kementerian Keuangan. Dengan penggabungan ini, kita Pandai Mempunyai pandangan yang lebih holistik,” tambahnya.
Meski demikian, dia mengingatkan Terdapat tantangan besar bagi Danantara. Yakni, terkait keberadaan Kementerian BUMN yang dianggap tak relevan, ketika super holding sudah terbentuk.
?
“Sekarang kan akan Terdapat superholding, Kagak Kembali Terdapat direksi segala macem, Sekalian diatur Danantara, mereka yang akan mengurus semuanya ke Rendah,” tutupnya.