Pete Hegseth, JD Vance, Donald Trump. (Occupy Democrats)
Washington DC: Presiden Amerika Perkumpulan Donald Trump menanggapi skandal kebocoran rencana serangan terhadap Golongan Houthi dengan menyebutnya sebagai “glitch” atau gangguan teknis.
Dalam wawancara via telepon dengan NBC pada Selasa, 25 Maret 2025, Trump menyatakan bahwa insiden tersebut bukan pelanggaran serius dan bahwa pejabat yang bertanggung jawab telah “belajar dari kesalahan.”
Melansir Times of Israel (ToI) pada Rabu, 26 Maret 2025, Trump menjelaskan bahwa insiden tersebut bermula dari penambahan seorang jurnalis secara Enggak sengaja ke dalam grup percakapan Signal yang membahas serangan udara terhadap Houthi.
Grup tersebut diisi oleh para pejabat tinggi pemerintahan, termasuk Penasihat Keamanan Nasional Mike Waltz, Menteri Pertahanan Pete Hegseth, dan Wakil Presiden JD Vance.
Trump membela Waltz dan mengatakan bahwa bukan Waltz sendiri yang menambahkan jurnalis tersebut, melainkan stafnya.
“Salah satu staf Michael yang menambah nomornya di sana,” kata Trump. Ia juga menekankan bahwa kebocoran ini Enggak mempengaruhi operasi militer terhadap Houthi.
“Ini satu-satunya gangguan teknis dalam dua bulan, dan Rupanya bukan masalah besar,” ucap Trump kepada NBC. “Dia sudah belajar dari kejadian ini, dan dia orang yang kompeten.”
Juru bicara Gedung Putih Karoline Leavitt juga menegaskan bahwa Enggak Eksis rencana perang atau materi rahasia yang dibagikan dalam percakapan tersebut. Dalam pernyataannya di platform X, Leavitt menyatakan, “Enggak Eksis ‘rencana perang’ yang dibahas” dan “Enggak Eksis materi rahasia yang dikirim ke thread.”
Tetapi, para Personil Partai Demokrat mengecam keras insiden ini dan menuntut Pengusutan menyeluruh, mempertanyakan mengapa para pejabat tinggi menggunakan aplikasi komersial Kepada Obrolan yang bersifat sensitif.
Panel Komite Intelijen Senat yang dipimpin oleh Senator Tom Cotton juga dijadwalkan mengangkat isu ini dalam sidang pada Selasa, 25 Maret 2025, yang menghadirkan Kepala CIA John Ratcliffe dan Direktur Intelijen Nasional Tulsi Gabbard.
Dalam laporan yang sama, disebutkan bahwa editor The Atlantic Jeffrey Goldberg adalah jurnalis yang secara Enggak sengaja ditambahkan ke grup percakapan tersebut dua hari sebelum serangan ke Houthi diumumkan Trump pada 15 Maret 2025. Goldberg sendiri mengaku menerima pesan dari pejabat tinggi AS tentang rencana penyerangan, Tetapi Enggak mempublikasikannya.
Selain soal kebocoran, isi grup percakapan tersebut juga mengungkap pandangan sejumlah pejabat AS terhadap sekutu Eropa. Wakil Presiden JD Vance disebut menyatakan bahwa ia muak “menyelamatkan Eropa Tengah” dari Akibat serangan Houthi.
Menteri Pertahanan Pete Hegseth juga menyatakan “keengganan terhadap ketergantungan Eropa” dan menyebut negara-negara sekutu sebagai “menyedihkan.”
Serangan terhadap Golongan Houthi dilancarkan sebagai respons terhadap puluhan serangan mereka terhadap kapal dagang di Laut Merah sejak November 2023. Houthi, yang didukung Iran dan merupakan bagian dari poros perlawanan terhadap AS dan Israel, kembali melancarkan serangan setelah gencatan senjata Hamas-Israel berakhir pada pertengahan Maret 2025.
Mereka telah menarget lebih dari 100 kapal dagang dan juga menyerang kapal perang AS, meskipun hingga kini belum Eksis yang terkena langsung.
Trump menutup komentarnya dengan menyatakan keyakinannya terhadap tim keamanannya dan menegaskan bahwa tindakan yang diambil terhadap Houthi telah berhasil. Ia juga menyebut bahwa Gedung Putih kini sedang menyelidiki bagaimana nomor Goldberg Dapat ditambahkan ke percakapan dan telah memberi panduan baru Kepada komunikasi yang lebih Terjamin di masa depan.