Trump Ancam Tahan Sokongan Mesir dan Yordania Kalau Tolak Relokasi Anggota Gaza

Presiden AS Donald Trump. (EFE/EPA/JIM LO SCALZO / POOL)

Washington DC: Pada Senin, 10 Februari 2025, Presiden Donald Trump mengumumkan ancaman Buat mencabut Sokongan militer dan ekonomi Amerika Perkumpulan kepada Mesir dan Yordania Kalau kedua negara tersebut menolak menerima Anggota Palestina dari Gaza.

Melansir The New York Times (NYT) pada Selasa, 11 Februari 2025, ancaman ini merupakan bagian dari usulan kontroversial Trump Buat memindahkan populasi Gaza ke Kawasan lain di Timur Tengah, yang ia klaim sebagai bagian dari rencana pembangunan ulang Gaza.

Trump menyatakan bahwa langkah ini akan memungkinkan Kawasan Gaza Buat “dikembangkan kembali” dengan Sokongan militer Israel yang akan menjamin keamanan di area tersebut.

“Kami akan membangun komunitas yang Terjamin sedikit jauh dari Posisi mereka sekarang di mana Sekalian bahaya berada,” ujar Trump dalam wawancaranya dengan Bret Baier dari Fox News.

Cek Artikel:  Dekat 32 Ribu Kaum Belgia Demo Tuntut Gencatan Senjata Gaza

Ia juga menambahkan, “Bayangkan ini sebagai pengembangan real estat Buat masa depan. Itu akan menjadi sebidang tanah yang indah.”

Trump mengungkapkan bahwa Anggota Palestina yang dipindahkan Kagak akan diizinkan kembali ke Gaza setelah proyek pembangunan selesai. “Kagak, mereka Kagak akan kembali,” katanya, ketika ditanya tentang kemungkinan hak kembali bagi Anggota Palestina yang telah meninggalkan Gaza.

Rencana ini memicu reaksi keras dari Mesir dan Yordania, dua penerima Sokongan militer terbesar dari Amerika Perkumpulan di kawasan tersebut. Menurut NYT, Raja Abdullah II dari Yordania secara tegas menolak gagasan relokasi tersebut, mengingat lebih dari Separuh populasi Yordania sudah merupakan Anggota Palestina.

“Apa yang dilakukan Trump adalah mempertaruhkan masa depan Kerajaan Yordania,” ujar Khalil Jahshan, Direktur Eksekutif Arab Center Washington D.C.

Cek Artikel:  Ganti Nama Teluk Meksiko, Trump Deklarasikan 9 Februari 'Hari Teluk Amerika'

Sementara itu, Kairo juga menolak menerima pengungsi Palestina dengan Argumen keamanan. Pemerintah Mesir mengkhawatirkan kemungkinan Agresif yang menyerang Israel dari Kawasan Mesir, yang dapat memicu serangan balik dari Israel.
 

Selain itu, Mesir juga khawatir bahwa para pengungsi dapat direkrut oleh Grup pemberontak lokal di Sinai.

Tetapi, Trump menegaskan bahwa ia Mempunyai leverage Buat memaksa kedua negara ini menerima rencananya.

“Kalau mereka Kagak setuju, saya mungkin akan menahan Sokongan,” kata Trump kepada wartawan sehari sebelum pertemuannya dengan Raja Abdullah di Gedung Putih.

Melansir NYT, usulan ini belum melalui kajian mendalam oleh para penasihat Penting Trump sebelum diumumkan. Beberapa pejabat Gedung Putih dilaporkan berusaha melunakkan proposal tersebut, dengan menyatakan bahwa relokasi Anggota Palestina hanya akan bersifat sementara.

Cek Artikel:  Bangladesh Minta India Ekstradisi Mantan PM Hasina Demi Proses Hukum

Tetapi, Trump Maju mendorong gagasan tersebut, bahkan menyatakan bahwa negara-negara lain di kawasan itu akan membiayai rencana ini.

Rencana ini juga menimbulkan kekhawatiran di Israel. Grup sayap kanan di negara itu telah Lamban mendorong agar Anggota Palestina dari Gaza dan Tepi Barat dipindahkan ke Yordania. Tetapi, para analis memperingatkan bahwa langkah ini dapat memicu ketegangan lebih lanjut di kawasan tersebut.

“Jernih raja Kagak dapat menerima mereka,” ujar James Jeffrey, mantan utusan Trump Buat Suriah. “Ini adalah isu eksistensial baginya.”

Aaron David Miller, seorang senior di Carnegie Endowment for International Peace, menggambarkan situasi ini sebagai ancaman besar bagi stabilitas Timur Tengah. “Raja akan mencoba mencari Langkah Buat menghindari bencana ini,” katanya.

“Saya pikir dia sekarang berharap Pandai menghindari ancaman Trump,” tambah Miller.

Mungkin Anda Menyukai