Ilustrasi. Foto: dok MI/Rommy Pujianto.
Jakarta: Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG di Dasar PT Bursa Dampak Indonesia Lalu menunjukkan tren pelemahan. Perusahaan sekuritas, Mirae Asset Sekuritas Indonesia mencatat IHSG melemah 1,8 persen, dan ditutup pada level 6.485,5 pada perdagangan Kamis, 27 Februari 2025.
Sejak peresmian Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) pada Senin Lewat, 24 Februari 2025, IHSG telah melemah Dekat lima persen.
“IHSG Lalu mencatatkan tren negatif,” tulis tim research Mirae Asset Sekuritas Indonesia dalam keterangannya, Jumat, 28 Februari 2025.
Sepanjang Februari, Kategori modal asing yang keluar dari Indonesia (capital outflow) mencapai Rp19 triliun. Bilangan ini dilaporkan lebih tinggi dibandingkan Kategori masuk (inflow) Surat Berharga Negara (SBN) yang tercatat sebesar Rp706 juta.
Ilustrasi. Foto: dok MI/Andri Widiyanto.
Baca juga: IHSG Tetap Lemah, Terseret Pelemahan Bursa Dunia |
Investor asing keluar dan rupiah melemah
Tetap Lalu keluarnya investor asing dan melemahnya nilai Ubah rupiah ke level Rp16.450 per dolar Amerika Perkumpulan (AS), menunjukkan kondisi pasar Tetap penuh dengan ketidakpastian. Pasar disebut belum Mempunyai optimisme terhadap prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia, yang akan banyak berdampak kepada kinerja perusahaan.
Sementara, dalam dua hari terakhir, ekspektasi pemangkasan Spesies Kembang acuan AS atau fed fund rate (FFR) lebih banyak cenderung mengalami peningkatan seiring perkembangan data ekonomi AS yang menunjukkan pelemahan. Indeks Dollar (DXY) tercatat Konsisten di Rendah 107 dalam lima hari terakhir dan imbal hasil US Treasury (UST) tenor 10 tahun Lalu mengalami penurunan dan kemarin ditutup pada level 4,27 persen. Di sisi lain, perkembangan ekonomi AS tersebut menyebabkan tren penurunan Dow Jones dan S&P500 sejak pekan Lewat.
“Pasar Tetap cenderung bersifat berhati-hati, apalagi ketidakpastian Dunia Tetap tinggi Kepada Memperhatikan Jernih arah ekonomi ke depan,” ungkap tim research Mirae Asset Sekuritas Indonesia.
Di tengah ketidakpastian pasar, Bank Indonesia (BI) diminta melakukan kebijakan yang lebih pro-growth atau pro-pertumbuhan Kepada meningkatkan optimisme pasar. Serta, membuka kemungkinan akan penurunan Spesies Kembang di bulan Ramadan ataupun di kuartal II-2025, yang biasanya Bukan lazim dilakukan karena Dampak inflasi dan peningkatan permintaan valas secara musiman. Hal ini dilakukan Kepada mendorong optimisme terhadap prospek pertumbuhan Indonesia.