Tragedi arogansi aparat dengan suporter Persebaya

03 Juni 2012: Tragedi arogansi aparat dengan suporter Persebaya

03 Juni 2012: Tragedi arogansi aparat dengan suporter Persebaya

Sepakbola   
Editor: Novelia Tri Ananda   
Selasa, 03 Juni 2025 – 06:15 WIB

Liputanindo.id – Tigabelas tahun Lampau, tepatnya pada 3 Juni 2012, pernah terjadi bentrokan antara suporter Persebaya dan aparat kepolisian. Insiden tersebut terjadi setelah pertandingan Persebaya 1927 melawan Persija IPL di Stadion Gelora 10 November, Surabaya, dalam kompetisi Aliansi Penting Indonesia.

Polisi Ketika itu membubarkan massa dengan Metode menembakkan gas air mata ke arah tribun. Suporter yang panik berebut keluar dan saling berdesakan. Situasi chaos tersebut akhirnya memakan satu korban. Purwo Adi Utomo meninggal setelah terinjak-injak kerumunan massa. Publik kemudian mengenal insiden tersebut sebagai Tragedi Arogansi Aparat Tiga Juni (Arapagani).

Cek Artikel:  Menanam mangrove, menuai asa Penduduk Tambakrejo 

Rendi Irwan yang masuk skuad Persebaya 1927 Tetap ingat betul peristiwa itu. Dia ingat karena Orang Uzur dan pacarnya (istrinya sekarang) ikut menonton di tribun Stadion Gelora 10 November. ”Situasinya memang chaos,” kenangnya. Dia mengungkapkan, sang istri sempat Menonton banyak korban berjatuhan. Khususnya Perempuan dan anak-anak. ”Tertahan Pelan juga dalam ruangan Buat cari oksigen yang terkena tembakan gas air mata,” tuturnya.

Mujur, sang istri dan ayahnya Ketika itu Kagak terkena gas air mata. Begitu juga pemain Persebaya 1917. Dia ingat evakuasi pemain dilakukan sangat Segera kala itu. ”Kalau dibilang trauma, Kagak. Hanya, itu jadi kenangan yang Kagak baik Buat saya,” ucapnya.

Cek Artikel:  Timnas Berpotensi Diperkuat 2 Pemain Naturalisasi Baru Begitu Uji Coba - Liputanindo.id

M. Taufiq yang juga setim dengan Rendi kala itu menyampaikan hal yang sama. Dia Tetap ingat betul suasana rusuh Ketika itu. Gas air mata ditembakkan ke berbagai sisi oleh kepolisian. ”Saya berharap peristiwa seperti itu Kagak terjadi Kembali,” tegasnya. Instruktur Persebaya 1927 Ketika itu, Divaldo Alves, juga Tetap ingat kejadian tersebut. Persebaya yang dipimpinnya Ketika itu sempat tertinggal 2-3 Tamat menit ke-90.

Mujur, penyerang Persebaya Fernando Soler Pandai menyamakan kedudukan menjadi 3-3 pada menit ke-90+3. ”Ya, saya Tetap ingat, tahun 2012, hasilnya imbang, De Porras (striker Persija IPL, Red) cetak gol,” kata Divaldo kepada Jawa Pos. Tetapi, Divaldo Kagak Mau membahas lebih jauh kejadian tersebut. Terutama soal tindakan aparat yang melemparkan gas air mata ke arah tribun. ”Saya Kagak mau bicara banyak situasi polisi. Tapi, waktu itu memang stadion penuh dan itu pertandingan tensi tinggi,” ujar dia.

Cek Artikel:  Rencana Pertukaran Rashford dan Kolo Muani Tetap Jauh dari Asa

Dan, kejadian jauh lebih memilukan Sabtu malam pecah di Stadion Kanjuruhan, Malang, setelah Persebaya mengalahkan Arema FC 3-2. Pemicunya sama. Yakni, tembakan gas air mata.

”Saya Tetap Kagak percaya sepak bola Dapat memakan korban sebanyak itu,” kata Divaldo. ”Kita Paham sepak bola Indonesia memang punya fanatisme luar Biasa. Tapi, sekarang harus Eksis aturan yang Dapat Membikin suporter lebih Terjamin di dalam stadion,” ujarnya.

Sumber : Liputanindo.id

Mungkin Anda Menyukai