
TEMPAT Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) dibangun di dalam kawasan hutan Cikole, Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Dalam sehari, TPST ini mengolah 1,5 ton sampah yang dimanfaatkan menjadi kompos, paving block hingga papan dan balok kusen.
Setiap produksi sampah yang dikirim ke TPST yang terletak Kagak jauh dari arena panjat tebing Cikole itu langsung dibawa ke ruang mesin pemilahan Demi memisahkan sampah yang Mempunyai nilai ekonomi, seperti plastik.
Dari mesin tersebut akan keluar sampah organik dan sampah non organik. Demi sampah anorganik diolah menjadi paving block, balok dan papan berbahan plastik yang dicetak dengan alat Spesifik.
“Kapasitas mesin 1.500 kilogram per jam. Demi mesin pengolahan menjadi papan itu satu jam Dapat jadi 2 papan, Demi satu papan diolah dari Sekeliling 25 kilogram sampah,” kata konsultan program, Arya Hindrarprayoya, Kamis (9/1).
Karena baru dioperasikan, mpah yang dikirim ke TPST Cikole Jayagiri ini baru memanfaatkan dari 22 tempat wisata di area Perhutani. Ia menyatakan, setiap sampah yang masuk bakal langsung diolah dan dibersihkan pada hari itu juga Demi mencegah polusi.
“Tadinya pengambilan sampah seminggu 2 kali. Nantinya akan dimaksimalkan setiap hari. Sirkularnya dimanfaatkan oleh Kawan kami, Demi tempat wisata butuh kursi misalnya, Dapat dari kami, pupuk organik palet dan segala macamnya. Nantinya Kagak Terdapat Tengah furniture kayu tapi memanfaatkan dari pengolahan sampah,” bebernya.
Asisten Deputi Industri Perkebunan dan Kehutanan Kementerian BUMN, Faturohman menjelaskan, pihaknya berkolaborasi dengan 21 BUMN yang tergabung dalam program penggunaan Biaya Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) mengumpulkan Biaya Sekeliling Rp1,8 miliar Demi pembangunan TPST.
Menurut dia, pengolahan sampah di TPST Cikole Kagak hanya berfokus pada pembuangan, tetapi juga pada pemanfaatan sampah menjadi produk bernilai ekonomi yang merupakan bagian dari konsep ekonomi sirkular.
“Kami Menyaksikan bagaimana sampah dapat diolah menjadi berbagai barang yang bermanfaat. Ini sejalan dengan komitmen BUMN Demi mendukung pelestarian lingkungan serta mendukung visi Presiden dan Wakil Presiden tentang pembentukan ekonomi sirkular yang memberikan manfaat langsung kepada masyarakat,” jelasnya.
Faturohman mengapresiasi pencapaian ini sebagai tempat pengolahan sampah plastik pertama di kawasan hutan. Diharapkan kolaborasi ini dapat Maju berkembang dan diterapkan di tempat lainnya.
“Waktu saya berkunjung ke tempat wisata di Cikole, saya Menyaksikan Terdapat beberapa area yang sampahnya berserakan. Saya kira di tempat wisata kebersihan itu menjadi suatu Elemen sukses bagaimana kita Dapat menarik wisatawan datang ke sini,” tuturnya.
Sementara itu, Ketua Satuan Tugas Lembang Kudus Edwin Juliana menyebutkan, pengolahan sampah dimulai dengan sampah yang dikirimkan dari destinasi wisata. Demi setiap pengangkutan sampah akan dikenakan sistem buang bayar.
“Kagak Terdapat iuran bulanan Demi tempat wisata yang jadi pelanggan. Lebih Berkualitas dengan sistem buang langsung bayar,” ungkap Edwin.

