TPPAS Regional Nambo Dibuka, Depok Buang Sampah 10 Ton Sehari

TPPAS Regional Nambo Dibuka, Depok Buang Sampah 10 Ton Sehari
TPS Pasar Cisalak Depok dengan sampah menggunung dan siap dibawa ke TPPAS Nambo.(Dok. MI)

TUMPUKAN sampah Kota Depok, Jawa Barat mulai terkelola. Hal itu karena produksi sampah Kota Depok mulai dibuang ke Tempat Pengolahan dan Pemrosesan Akhir Sampah (TPPAS) Regional Lulut Nambo yang terletak di Desa Lulut, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Depok Abdul Rahman, mengatakan tumpukan sampah di Kota Depok mulai mengalami pengurangan dikarenakan telah dioperasikannya TPPAS Regional Lulut Nambo.

“Terhitung pada 20 Agustus 2024 Pemerintah Provinsi Jawa Barat sudah membolehkan Pemerintah Kota Depok buang sampah ke TPPAS Regional Lulut Nambo dan selama tiga hari ini kami telah buang sampah 30 ton,” kata Abdul Rahman, Sabtu (24/8).

Baca juga : Tumpukan Sampah di Depok Meluber hingga ke Bahu Jalan

Tetapi, kata Abra panggilannya, kuota yang hanya 10 ton ini masih belum memenuhi harapan. Meski demikian Pemerintah Kota Depok tetap bersyukur bahwa telah ada solusi mengatasi persoalan sampah Kota Depok. “Daripada sampah menggunung dan berserakan, peluang ini setidaknya sudah memberikan solusi jangka pendek,” ucap Abra.

Cek Artikel:  Perempuan Korban KDRT Oknum Pegawai Imigrasi Berharap Hakim Adil

Abra mengatakan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Cipayung menerima sampah Kota Depok 2.925 ton per harinya. Definisinya 2.000 ton lagi setelah dikurangi 10 ton masih tetap diangkut ke TPA Cipayung.

Diketahui, TPA Cipayung saat ini telah overload. “Buat memaksimalkan pembuangan saja kita harus merapikan landfill dulu di puncak gunung TPA ke arah sisi utara dan selatan,” ungkapnya.

Baca juga : Miris! Sampah Menumpuk Berminggu-minggu Hingga Busuk di Sejumlah Pasar Tradisional Depok

Sementara itu, Kepala Sub Bagian Tata Usaha UPTD Pasar Cisalak Budi Haryanto menegaskan Pasar Cisalak paling terdampak dari tumpukan sampah saat ini.

Gunungan sampah di areal tempat pembuangan sementara (TPS) Pasar Cisalak yang memiliki luas 1.000 meter persegi sudah menjulang ke langit dan setara dengan 3 lantai gedung Pasar Cisalak.

Budi mengkritik manajemen DLHK Kota Depok yang meliburkan juru angkut sampah DLHK setiap Sabtu. “Kita dapat surat edaran pengangkutan sampah libur tiap hari Sabtu. Semestinya dalam situasi saat ini tidak perlulah dilakukan libur-libur. Alasan sampah yang diproduksi masyarakat yang per harinya sebanyak 2.925 ton akan mengonggok di TPS. Jadi menurut saya tidak perlu diadakan libur,” katanya.

Cek Artikel:  Mobil Patroli Polisi Dibakar di Pospol Pejompongan, 3 Pelaku Ditangkap

Baca juga : Depok Siapkan Fasilitas Pengolahan Sampah Jadi Sumber Kekuatan di TPA Cipayung

Menurut Budi dalam tiga hari terakhir sejak TPPAS beroperasi, DLHK yang hanya membuang 30 ton sangat jauh dari harapan. Pasalnya sampah yang menumpuk dan berserakan di TPS-TPS di seluruh kelurahan dan kecamatan sangat besar.

Kondisi terkini TPS Cisalak, kata Budi tampak sangat parah. Gunungan sampah bahkan telah menutup badan jalan pasar. Makam-makam orang meninggal pun ikut terimbas. Penduduk sekitar terang Budi mulai marah imbas dari tumpukan sampah ini. “Kebiasaanlnya belanja ke pasar lewat jalan samping pasar harus mutar lewat jalan Raya Bogor, dengan waktu yang lama, padahal jarak rumah ke pasar hanya 25 meter,” ucap Budi

Cek Artikel:  Bapas Ingatkan Jessica Wongso Wajib Lapor Satu Bulan Sekali

Budi menasehati DLHK Kota Depok melakukan revolusi mental dan kolaborasi kuat antara pemerintah, swasta, organisasi masyarakat, dan masyarakat untuk mencapai target pengurangan dan penanganan sampah. Karena sistem pengelolaan sampah belum baik-baik saja dan sampah belum terkelola dengan baik.

Baca juga : Taman Kota Sukmajaya Depok Berubah Jadi Showroom Sampah

Menurut Budi, DLHK Kota Depok harus terus mengupayakan dan melaksanakan kebijakan dan program kolaboratif dan persuasif antar pemangku kepentingan untuk pengelolaan sampah yang tepat dengan mengedepankan prinsip sirkular ekonomi dimana ada peningkatan manfaat ekonomi dari sampah.

“Kesadaran kolektif dan keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan sampah merupakan salah satu bentuk modal sosial untuk menciptakan budaya bersih sebagai bagian dari identitas dan karakter masyarakat,” katanya.

“Kesadaran kolektif diharapkan menjadi gerakan sosial kolaboratif yang turut berkontribusi membina mental masyarakat untuk sadar dan paham akan permasalahan sampah dan bergerak untuk mengambil bagian dalam pengelolaan sampah,” imbuhnya. (Z-9)

Mungkin Anda Menyukai