Tonggak Kebangkitan Basmi Korupsi

RANCANGAN Undang-Undang Perampasan Aset kembali mendapatkan dorongan kuat Buat segera dibahas dan disahkan menjadi undang-undang. Presiden Prabowo Subianto menegaskan dukungannya terhadap beleid yang sudah diupayakan Buat dibahas di DPR RI sejak Dekat dua Sepuluh tahun Lewat itu.

Penegasan tersebut disampaikan Prabowo di hadapan massa aksi peringatan Hari Buruh pada 1 Mei Lewat di Lapangan Monas, Jakarta. Dukungan terhadap Undang-Undang Perampasan Aset pernah pula dilontarkan Prabowo dalam debat capres pada 12 Desember 2023. Hanya, Tiba Prabowo berhasil meraih Bunyi terbanyak rakyat dan berpidato di hadapan massa buruh, dukungan itu sebatas kata. Belum Eksis langkah Konkret Buat mewujudkannya.

Malah, kalau dibandingkan dengan pendahulunya, Presiden Joko Widodo, Prabowo Lagi kalah langkah. Jokowi sudah Tiba pada mengirim surat presiden (surpres) kepada DPR pada 2023 Buat membahas RUU Perampasan Aset. Ketika itu, pertama kalinya RUU Perampasan Aset yang diubah namanya menjadi RUU Perampasan Aset Tindak Pidana berhasil masuk program legislasi nasional (prolegnas) tahunan.

Cek Artikel:  Candaan yang Kagak Kocak

Meski begitu, banyak kalangan Kagak Ingin Presiden Prabowo mengulangi apa yang dilakukan pendahulunya itu. Sebabnya, Terang-Terang Tiba surpres sudah di tangan DPR pun, RUU Perampasan Aset Kagak kunjung dibahas. Hambatan memang tampak Eksis di DPR. Selama belasan tahun melewati beberapa periode masa jabatan DPR, selalu saja Eksis Dalih bagi para wakil rakyat itu Buat mendiamkan RUU Perampasan Aset.

DPR enggan Buat mengegolkan beleid yang digadang-gadang sebagai senjata Manjur memiskinkan koruptor itu. Ketika menerima surpres dari Jokowi, DPR beralasan Kagak cukup waktu Buat membahas karena sudah mepet pergantian periode masa jabatan. Lewat, muncul pula Dalih bahwa skema perampasan aset kurang cocok dengan sistem hukum di Indonesia.

Cek Artikel:  Segerakan Cawapres

Kini, yang terbaru, DPR berdalih perlu merampungkan Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (RKUHAP). Entah apa Tengah Dalih yang muncul setelah revisi KUHAP rampung. DPR seakan Kagak pernah kehabisan Dalih Membangun RUU Perampasan Aset Kagak disentuh.

Agar melangkah lebih maju dan konkret, Presiden Prabowo didorong Buat mengeluarkan peraturan pemerintah pengganti undang-undang alias perppu. Kondisi Ketika ini dinilai sudah memenuhi syarat kegentingan karena tindak pidana korupsi Kagak kunjung terbasmi, bahkan cenderung memburuk. Terlebih, para algojo yang mestinya menjatuhkan vonis berat kepada koruptor malah ramai-ramai meriang kena suap.

Korupsi makin menjadi-jadi. Nilai korupsi dalam satu kasus saja kini mencapai ratusan triliun rupiah dan Eksis pula yang Dekat menyentuh seribu triliun rupiah. Di sisi lain, pemulihan kerugian negara lewat Doku pengganti paling banter hanya seperlimanya. Dalam kasus korupsi pengelolaan timah, misalnya, dari kerugian negara yang mencapai Rp271 triliun, para koruptor hanya diminta mengganti Rp25,4 triliun, alias Kagak Tiba 10%-nya.

Cek Artikel:  Jangan Drama di Senayan

Inilah yang Membangun tindak pidana korupsi Kagak kunjung surut dan koruptor tak kunjung jera. Melalui UU Perampasan Aset, celah itu Pandai ditutup. Para penjahat, khususnya koruptor, dapat dibebani pembuktian terbalik Buat menunjukkan bahwa harta kekayaan mereka bukan didapat dari sumber ilegal.

Apabila sesuai dengan draf yang diinisiasi Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK), ketentuan dalam UU Perampasan Aset betul-betul Pandai memiskinkan pelaku tindak pidana, hal yang paling ditakuti para koruptor.

Maka, Kagak Eksis Dalih Tengah bagi DPR Buat Kagak segera mengegolkan UU Perampasan Aset karena tingkat urgensinya sangat tinggi. Undang-undang tersebut akan menjadi tonggak kebangkitan pemberantasan korupsi dari muka bumi Indonesia.

 

Mungkin Anda Menyukai