Titik Balik Ajie Pangestu: Dari Gagal Bentuk Band, Kini Terjun di Dunia Dakwah dan Melejit

Liputanindo.id JAKARTA – Media sosial saat ini telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari. Dekat di seluruh penjuru dunia, berbagai aplikasi media sosial telah digunakan sebagai sarana untuk berinteraksi dengan orang lain tanpa adanya batasan ruang dan waktu.

Tak hanya itu, banyak orang yang memanfaatkan media sosial untuk berbagai kepentingan, seperti bersosialisasi, berbisnis dan lain-lain. Hal inilah yang disadari betul oleh Ajie Pangestu (27), seorang pemuda yang kini mencoba menjadikan Instagram sebagai ajang menyampaikan syiar Islam, atau dikenal dengan berdakwah.

Baca Juga:
Thee Marloes Rilis Karya Terbaru ‘Midnight Hotlilne’ dalam Format Piringan Hitam

Dilihat dari akun Instagram pribadinya, Estu, sapaan akrabnya kerap memposting konten-konten menarik tentang dunia Islam. Dia menyebut bahwa media sosial merupakan sarana paling tepat untuk berdakwah di masa kini. Terlebih pengguna media sosial telah menyentuh seluruh lapisan di masyarakat.

Cek Artikel:  Diusulkan PSI Jakbar Maju Pilgub Jakarta, Deddy Corbuzier: Saya Nyetir di Jakarta Saja Tetap Nyasar

“Sebenarnya baik dakwah langsung atau di media sosial sama saja intinya. Tapi, kalau dakwah konvensional kan cuma didengar sama yang datang aja. Kalau di Instagram bisa dijangkau lebih banyak (audiens)” kata dia.

Titik Balik

Estu turut menceritakan masa-masa awal dia memasuki dunia dakwah. Ketika itu, terang dia, terjadi pada tahun 2017 yang diawali oleh berbagai rintangan dalam kehidupan; diterpa masalah, terkhusus kekurangan finansial. 

“Waktu itu saya kena musibah, hidup lagi hancur-hancurnya. Tapi, biar begitu aku tetap berdoa dan sholat kepada Allah” sambungnya.

Kendati hidupnya merasa hancur, Estu mendapatkan hikmah dan titik balik yang membuat dirinya mulai didekatkan kepada Sang Pencipta. Atas dasar tersebut, dia tidak henti untuk terus berdoa sambil berusaha mengubah diri sebaik mungkin.

Estu sendiri merupakan anak rantau dari Kota Medan, Sumatera Utara. Awal mula dia merantau ke Jakarta karena ingin mengadu nasib menjadi anak band. Tapi, sepertinya nasib berkata lain, band yang digelutinya pun tak berhasil, serta ia juga menerima kenyataan harus putus kuliah.

Cek Artikel:  Luncurkan Single 'Singgah', Melly Mono Buktikan Konsistensi di Dunia Musik Tanah Air

Seperti pepatah, sudah jatuh tertimpa tangga, sudah gagal mengembangkan band, juga harus putus kuliah. Meski begitu, Estu tak ingin menyerah. Ia memulai peruntungan lain dengan berjualan. Awalnya ia berjualan telur gulung. Di sela-sela waktu berjualan itu ia pakai untuk membuat konten.

“Di sela-sela aku berjualan itu pasti aku ngonten. Karena kan aku 24 jam pegang hp terus, masa iya gak bisa ngonten,“ pungkas Estu.

Konten Dakwah Sebagai Pengingat

Dilanjutkan, semangat awal dirinya membuat konten di media sosial ialah sebagai pengingat untuk dirinya. Estu menemukan berbagai konten yang relate dengan keadaannya. Sadar dengan betapa berpengaruhnya postingan-postingan Islami tersebut, dia tertarik dan memutuskan untuk membuat postingan serupa.

Cek Artikel:  Sederet Selebritas Hollywood Bilangant Bicara Usai Insiden Penembakan Donald Trump

“Awalnya aku buat itu (konten dakwah) ya untuk diri aku sendiri. Diriku nggak tahu bakalan seluas ini ternyata jangkauannya dan bisa dikenal sama 300 ribuah followes,” imbuhnya.

Alih-alih sebagai konsumsi pribadi, ternyata konten yang ia buat justru disukai oleh banyak orang. 

Sadar namanya semakin tenar, Estu mengaku berusaha untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi dari waktu ke waktu. Estu ingin apa yang ia sampaikan bisa bermanfaat untuk banyak orang. Ia ingin membagikan pengalaman hijrahnya dan ingin mengajak orang lain untuk berhijrah Serempak-sama dengan dirinya.

“Diriku sadar diri bukan siapa-siapa, tapi mau masuk surga. Makanya aku buat itu (konten dakwah-red),” tutup dia. (RMA)

 

Baca Juga:
Rayakan 25 Mengertin Debut Albumnya, Pure Saturday akan Rilis Sebuah Kompilasi yang Libatkan Banyak Musisi Bandung

 

Mungkin Anda Menyukai