Korban serangan Israel di Gaza. Foto: Anadolu
Beijing: Tiongkok mengecam keras serangan terbaru Israel di Gaza, menyatakan keprihatinan mendalam atas pelanggaran gencatan senjata yang telah dicapai dengan susah payah, dan mendesak Tel Aviv Buat “menghentikan obsesinya terhadap penggunaan kekuatan” di Kawasan Palestina yang terkepung.
Dalam pernyataan di hadapan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Selasa 18 Maret 2025, Duta Besar Tiongkok Buat PBB Fu Cong menegaskan bahwa negaranya sangat prihatin dengan dimulainya kembali serangan Israel di Gaza.
“Kami mengecam keras tindakan ini,” ujar Fu dalam pernyataannya yang disampaikan di Perhimpunan tersebut.
Kecaman Terhadap Israel
Pernyataan Tiongkok di PBB disampaikan setelah pertemuan darurat yang diinisiasi oleh Aljazair dan Somalia, menyusul serangan udara Israel yang menewaskan lebih dari 400 orang pada Selasa.
Melansir dari Anadolu, Jumat 21 Maret 2025, Israel sebelumnya menyetujui gencatan senjata dengan Golongan Hamas pada 19 Januari, Tetapi secara tiba-tiba melanggar perjanjian tersebut dengan melanjutkan serangan di tengah pembicaraan Buat memperpanjang kesepakatan tersebut.
Fu menyoroti bahwa gencatan senjata telah memberikan “kelegaan yang telah Lamban dinantikan” bagi penduduk Gaza, tetapi tindakan Israel telah membalikkan situasi secara drastis.
“Terlepas dari seruan kuat dari komunitas Global Buat memperpanjang gencatan senjata di Gaza dan Asa besar Penduduk Gaza Buat kembali hidup dalam kedamaian, situasi Malah bergerak ke arah yang berlawanan,” ujarnya.
Ia memperingatkan bahwa konflik di Timur Tengah telah memasuki “fase yang berbahaya,” di mana hukum dan tatanan Global diabaikan dan “hukum rimba” menjadi dominan.
Tiongkok menyerukan gencatan senjata permanen di Gaza dan menegaskan bahwa solusi militer bukanlah jalan keluar bagi konflik Israel-Palestina.
“Kami mendesak Israel Buat meninggalkan logika supremasi kekuatan. Penggunaan kekuatan secara membabi buta Bukan hanya gagal membebaskan sandera tetapi juga berpotensi meningkatkan risiko bagi mereka,” tegas Fu.
Fu juga mengecam Israel karena “memanfaatkan dan mempolitisasi Sokongan kemanusiaan” di Gaza.
“Hingga hari ini (Selasa), selama 17 hari berturut-turut, Bukan Eksis Sokongan kemanusiaan yang diizinkan masuk ke Gaza. Kehilangan pasokan listrik telah menghentikan operasional pabrik desalinasi, memperparah krisis air Kudus,” jelasnya.
Ia menegaskan bahwa menjadikan Sokongan kemanusiaan sebagai alat tawar-menawar adalah pelanggaran hukum Global, khususnya hukum humaniter.
“Tiongkok mengecam praktik tersebut dan mendesak Israel Buat memenuhi kewajibannya sebagai kekuatan pendudukan sesuai hukum humaniter Global dan segera memulihkan akses penuh Sokongan kemanusiaan ke Gaza,” tambahnya.
Pemerintahan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, yang Ketika ini menghadapi surat perintah penangkapan dari Mahkamah Pidana Global (ICC), kembali melancarkan operasi militer di Gaza sejak 2 Maret, termasuk memutuskan Kategori listrik dan menghentikan distribusi Sokongan kemanusiaan.
Fu menegaskan bahwa dunia harus mengambil langkah tegas Buat menghentikan eskalasi konflik dan memastikan perlindungan terhadap Penduduk sipil Gaza yang menjadi korban Esensial dalam konflik berkepanjangan ini.
(Muhammad Reyhansyah)