Terobosan Pengobatan Asma dan PPOK Benralizumab Lebih Efektif dari Steroid

Terobosan Pengobatan Asma dan PPOK: Benralizumab Lebih Efektif dari Steroid
Terobosan Pengobatan Asma dan PPOK, Benralizumab.(Dok. King’s College London)

SEBUAH terobosan besar baru saja ditemukan dalam penelitian yang dilakukan oleh Universitas Oxford dan King’s College London. Penelitian ini menunjukkan bahwa benralizumab lebih efektif dibandingkan pengobatan menggunakan tablet steroid dalam mengatasi serangan asma atau Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK).

PPOK merupakan istilah yang digunakan Demi sekelompok penyakit paru-paru yang menghambat Kategori udara, sehingga menyulitkan penderitanya Demi bernapas.

Penyakit ini merupakan kombinasi dari bronkitis kronis dan emfisema. Bronkitis kronis disebabkan oleh peradangan saluran napas (bronkus), yang menyempit dan meningkatkan produksi lendir, menyebabkan batuk berkepanjangan dengan dahak.

Sedangkan emfisema adalah kerusakan pada kantung udara (alveoli) paru-paru yang mengurangi kemampuan paru-paru Demi menukar oksigen dan karbon dioksida, menyebabkan sesak napas, terutama Begitu aktivitas fisik.

Pengobatan PPOK selama ini biasanya mengandalkan steroid inhalasi atau Berkaitan dengan mulut Demi mengurangi peradangan, membuka saluran napas, dan meredakan gejala seperti sesak napas dan batuk.

Cek Artikel:  Paling Tinggi, Biaya Pelayanan Kesehatan Penyakit Jantung Letih Rp17,62 Triliun pada 2023

Apa Itu Benralizumab?

Benralizumab adalah antibodi monoklonal yang bekerja dengan menargetkan eosinofil, sejenis sel darah putih yang berperan besar dalam peradangan paru-paru.

Benralizumab Begitu ini digunakan Demi pengobatan asma parah, dan dalam uji klinis terbaru, obat ini menunjukkan hasil yang sangat menjanjikan, terutama dalam menangani eksaserbasi PPOK.

Profesor Mona Bafadhel, peneliti Primer uji coba dari King’s Centre for Lung Health, menjelaskan bahwa benralizumab menawarkan solusi yang lebih efektif dibandingkan dengan tablet steroid.

“Alih-alih memberikan perawatan yang sama kepada Seluruh orang, kami menargetkan pasien berisiko tinggi dengan pengobatan spesifik berdasarkan tingkat peradangan. Ini jauh lebih Bagus daripada metode perkiraan yang digunakan sebelumnya,” ujar Profesor Mona.

Cek Artikel:  Penelitian Ungkap Risiko Asma Tinggi pada Perempuan Menopause di Usia Sepuh

Penelitian Benralizumab

Dalam penelitian ini, para peneliti membagi orang-orang yang berisiko tinggi terkena serangan asma atau PPOK menjadi tiga Grup.

Grup pertama menerima suntikan benralizumab dan pil Hampa (dummy), Grup kedua menerima perawatan standar (prednisolon 30mg setiap hari selama lima hari) serta suntikan Hampa, sementara Grup ketiga menerima suntikan benralizumab dan perawatan standar.

Penelitian ini menggunakan metode uji coba terkontrol plasebo buta ganda, yang berarti Bagus peserta maupun peneliti Kagak Mengerti obat atau pengobatan mana yang diberikan kepada masing-masing Grup.

Hasil Penelitian Benralizumab

Hasil penelitian menunjukkan bahwa suntikan benralizumab, terutama Begitu diberikan pada titik eksaserbasi, memberikan hasil yang jauh lebih Bagus dibandingkan dengan pengobatan menggunakan tablet steroid.

Beberapa Intervensi Primer dari uji klinis ini menunjukkan bahwa benralizumab lebih efektif dalam mengurangi gejala. Selain itu, kebutuhan perawatan lanjutan berkurang hingga 30%.

Cek Artikel:  Kampus Untar Gelar ICEBM ke 13 Soroti Peran Bisnis Dalam Pencapaian SDGs

Pasien yang menerima benralizumab Mempunyai kemungkinan empat kali lebih kecil Demi gagal pengobatan dibandingkan dengan mereka yang hanya menerima tablet steroid. Hasil lainnya adalah peningkatan kualitas hidup pasien tanpa adanya Pengaruh samping berat.

Dengan adanya benralizumab, Asa baru muncul bagi penderita asma dan PPOK. “Pengobatan Demi asma dan eksaserbasi PPOK Kagak berubah dalam lima puluh tahun meskipun menyebabkan 3,8 juta Mortalitas di seluruh dunia setiap tahun digabungkan,” ungkap Profesor Mona.

Penemuan ini memberikan Asa bagi jutaan orang yang menderita asma dan PPOK, dengan pengobatan yang lebih spesifik dan efektif, serta mengurangi ketergantungan pada terapi steroid yang selama ini menjadi pilihan Primer meskipun Mempunyai banyak Pengaruh samping.

(King’s College London/Z-9)

 

Mungkin Anda Menyukai