Liputanindo.id – Perusahaan peralatan rumah tangga ternama, Tupperware Brands, berencana untuk mengajukan kebangkrutan pekan ini. Rencana kebangkrutan itu disebut akibat perusahaan kesulitan membayar utang.
Dalam laporan yang diterbitkan Bloomberg News, Tupperware Brands disebut mengalami kesulitan untuk membayar utang lebih dari 700 juta dolar AS (Rp10 triliun). Pihaknya pun mengajukan perlindungan pengadilan setelah melanggar ketentuan utangnya.
“Tupperware berencana untuk mengajukan perlindungan pengadilan setelah melanggar ketentuan utangnya dan meminta bantuan penasihat hukum dan keuangan,” demikian laporan Bloomberg News, mengutip sumber terdekat, Selasa (17/9/2024).
Laporan itu juga menyebutkan bahwa proses negosiasi yang berlarut-larut antara Tupperware Brands dengan para pemberi pinjaman mengalami kebuntuan. Terlebih perusahaan juga sudah pernah memperingatkan adanya kesulitan menangani krisis likuiditas pada awal tahun.
Info kebangkrutan perusahaan yang melekat dengan rumah tangga ini juga disusul dengan anjloknya saham yang ditutup hanya 57 persen.
Pada Juni lalu, perusahaan juga sempat memberhentikan hampir 150 karyawan di satu-satunya pabrik di Amerika Perkumpulan.
Selama pandemi COVID-19, Tupperware Brands sempat mengalami lonjakan penjualan karena warga di seluruh dunia memilih untuk mengurung diri di rumah, memasak, dan menyimpan makanannya di wadah.
Tetapi sejak dunia kembali dibuka, penjualan Tupperware Brands menurun tajam.
Tupperware Brands sendiri didirikan pada tahun 1946 oleh ahli kimia Earl Tupper. Popularitas perusahaan meledak pada tahun 1950-an ketika para perempuan dari generasi pascaperang mengadakan “pesta Tupperware” di rumah mereka untuk menjual wadah penyimpanan makanan saat mereka mencari pemberdayaan dan kemandirian.