OSTEOPOROSIS adalah penyakit tulang yang ditandai dengan menurunnya kepadatan dan kekuatan tulang, sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah. Kondisi ini terjadi karena ketidakseimbangan antara pembentukan tulang baru dan penguraian tulang lama, yang mengakibatkan tulang menjadi lebih keropos.
Penyakit ini sering berkembang tanpa gejala yang jelas sampai terjadi patah tulang, biasanya di bagian pinggul, tulang belakang, atau pergelangan tangan. Osteoporosis lebih umum terjadi pada perempuan, terutama setelah menopause, karena penurunan hormon estrogen yang penting untuk kesehatan tulang.
Pria dan perempuan dari segala usia bisa terpengaruh, terutama jika memiliki faktor risiko seperti kekurangan kalsium, vitamin D, gaya hidup yang tidak aktif, atau riwayat keluarga dengan osteoporosis.
Osteoporosis kerap lambat ditangani karena terlambat mendapatkan diagnosis. Keterlambatan diagnosis ini akibat dari gejala penyakit yang sering tidak tampak.
Sering kali, seseorang mendapat diagnosis osteoporosis ketika mengalami patah tulang. Padahal, saat sudah mengalami patah tulang, biasanya kondisi osteoporosis sudah parah.
Apa yang bisa dilakukan jika seseorang mengidap penyakit osteoporosis?
Bagi mereka yang sudah terlanjur terkena penyakit ini, pengobatan menjadi langkah penting untuk dilakukan.
Melansir dari IHC Telemed, pengobatan osteoporosis dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu pengobatan nonhormonal dan pengobatan hormonal. Pemilihan pengobatan tersebut tergantung pada beberapa faktor, misalnya penyebab osteoporosis, jenis kelamin, dan kondisi kesehatan pasien osteoporosis.Berikut penjelasan singkat tentang kedua jenis pengobatan osteoporosis
Pengobatan osteoporosis nonhormonal:
1. Bisfosfonat
Bisfosfonat adalah jenis obat nonhormonal yang umum digunakan untuk mengobati osteoporosis. Teladan bisfosfonat meliputi alendronate, risedronate dan asam zolendronic. Obat ini bekerja dengan menghambat pelepasan tulang dari tubuh dan memperlambat penurunan kepadatan tulang.
2. Denosumab
Denosumab adalah obat yang juga mengurangi pelepasan tulang dari tubuh. Ini sering digunakan jika bisfosfonat tidak dapat ditoleransi atau tidak efektif.
3. Teriparatida
Teriparatide merupakan obat yang dapat merangsang pertumbuhan tulang baru. Ini digunakan pada kasus osteoporosis yang lebih parah atau ketika pengobatan lain tidak berhasil.
4. Raloksifen
Raloxifene adalah obat yang merupakan modulator reseptor estrogen (SERM). Ini mengaktifkan beberapa reseptor estrogen dan membantu menjaga kepadatan tulang pada wanita setelah menopause.
5. Suplemen Kalsium dan Vitamin D
Tubuh membutuhkan kalsium untuk menjaga kekuatan tulang. Sedangkan vitamin D dibutuhkan tubuh untuk menyerap kalsium. Konsumsi suplemen kalsium dan vitamin D diharapkan dapat mencegah pengeroposan tulang yang lebih parah.
Pengobatan osteoporosis hormonal
1. Terapi penggantian hormon (HRT)
HRT digunakan terutama pada wanita yang mengalami menopause. Ini melibatkan penggunaan hormon estrogen dan progesteron untuk menggantikan hormon yang berkurang selama menopause. HRT dapat membantu menjaga kepadatan tulang.
2. Raloksifen
serupa yang telah dijelaskan sebelumnya, raloxifene adalah SERM yang dapat membantu menjaga kepadatan tulang dan juga memiliki efek yang mirip dengan hormon estrogen pada tulang.
3. Tibolon
Tibolon adalah obat yag memiliki efek serupa dengan HRT dan dapat digunakan pada perempuan setelah menopause.
Keputusan pengobatan mengenai nonhormonal atau hormonal akan bergantung pada kondisi kesehatan individu dan preferensi pasien. Pengobatan hormonal sering digunakan pada perempuan setelah menopause, sedangkan pengobatan nonhormonal dapat cocok untuk pria dan wanita dengan osteoporosis.
Oleh karena itu, penting untuk berkonsultasi dengan dokter untuk menentukan pilihan pengobatan yang paling sesuai dengan kondisi yang dialami. (Z-3)