Liputanindo.id JAKARTA – Menteri Koordinator bidang Maritim dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan merespons pernyataan mantan Menteri Perdagangan Tom Lembong soal penurunan harga nikel dunia dan migrasi pabrikan mobil listrik ke baterai Lithium Ferro Phosphate (LFP).
Luhut melalui video di akun Instagram pribadi yang terverifikasi @luhut.pandjaitan dipantau di Jakarta, Kamis (25/1/2024) meminta kepada Tom untuk berbicara sesuai data, termasuk saat menyampaikan kondisi anjloknya harga nikel.
Menurutnya, siklus harga komoditas setiap sedekade selalu naik turun, tidak pernah mendatar.
“Anda perlu melihat data panjang 10 tahun, kan anda pebisnis juga kan siklus daripada komoditi itu kan naik turun apakah itu batu bara, nikel, timah atau emas apa saja tetapi kalau kita melihat selama 10 tahun terakhir ini harga nikel dunia itu di 15.000-an dolar AS bahkan pada periode 2014-2019 periode hilirisasi mulai kita lakukan harga rata-rata nikel itu hanya 12.000 dolar AS,” papar Luhut.
Selain itu, Luhut juga menyebut bahwa program hilirisasi yang dilakukan bermanfaat bagi perekonomian Indonesia.
Karenanya Luhut menyayangkan bagaimana Tom Lembong sebagai intelektual bisa memberi data bohong.
“Karenanya intelektual Anda (Tom) itu saya diragukan, mungkin benar Anda intelektual tapi karakternya kurang bagus,” tandas Luhut.
Pesan ini Luhut sampaikan karena mendapat informasi terkait pidato Tom Lembong di Washington DC dari cucunya yang kuliah di Georgetown University.
“Bagaimana Opung ada seorang mantan menteri yang bicara menjelek-jelekan pemerintahnnya sendiri, di mana pada hal waktu yang lalu dia bekerja di situ. What kind of personality is this Opung?’ Dia bilang gitu,” cerita Luhut.
Oleh sebab itu, Luhut pun meminta kepada Tom untuk berbicara sesuai data, termasuk saat menyampaikan kondisi anjloknya harga nikel.
“Tom harus mengerti kalau harga nikel terlalu tinggi itu sangat berbahaya, kita belajar dari kasus cobalt tiga tahun lalu harganya begitu tinggi, orang akhirnya mencari bentuk baterai lain. Ini salah satu pemicu lahirnya lithium ferro phosphate (LFP) itu,” katanya.
Luhut menegaskan, pemerintah tengah mencari keseimbangan harga nikel untuk memastikan teknologi baterai berbasis nikel yang dikembangkan saat ini tetap relevan dengan pabrikan kendaraan listrik sampai beberapa tahun mendatang.
“Kalau kita bikin harga ketinggian orang akan cari alternatif lain, teknologi berkembang sangat cepat kita cari keseimbangan sehingga barang kita masih dibutuhkan sampai beberapa belas tahun ke depan,” ujarnya.
Lebih lanjut, ia juga menekankan bahwa lithium battery berbasis nikel itu bisa didaur ulang. Tetapi, LFP sampai saat belum bisa didaur ulang.
“Tetapi ingat lithium battery itu bisa recycling, sedangkan tadi yang LFP itu tidak bisa recycling sampai hari ini tetapi sekali lagi teknologi itu terus berkembang. Kita bersyukur LFP juga kita kembangkan dengan China, tadi lithium battery juga kita kembangkan dengan China maupun dengan lain-lain,” kata Luhut.
Selanjutnya Luhut pun berpesan kepada Tom, walaupun sudah tidak di government lagi jangan menceritakan yang tidak baik di luar sana, padahal tidak sepenuhnya benar.
Luhut mengatakan, ketimbang mengeluarkan data-data yang mengkritisi perekonomian Indonesia, Tom Lembong seharusnya mengangkat cerita baik data ekonomi Indonesia, seperti inflasi yang kini terus terjaga di bawah 3%, lalu surplus perdagangan yang juga terus menerus terjadi selama 44 bulan berturut-turut akibat program hilirisasi Jokowi dan pertumbuhan ekonomi stabil di 5%.
“Kan baru sekarang. Pernah 44 bulan kita surplus ekspor? Kan baru sekarang. Apa itu ya? Ya hilirisasi. Kita bisa maintain masih growth 5% di tengah keadaan ekonomi dunia begini dan kita masih berupaya di atas 5% mungkin 6% pada tahun ke depan dan seterusnya sampai 2030,” urai Luhut. (HAP)
Baca Juga:
Di Ultah ke-76, Luhut Doakan Prabowo Sukses di Pilpres
Baca Juga:
Bilang Tudingan Moeldoko Jegal Demokrat ‘Kampungan’, Opung Luhut Kena Semprot Anak Buah AHY