Terima Kasih Pemudik

MUDIK memang tradisi. Karena itu, dalam mazhab ekonomi modern, kiranya tradisi puluhan tahun tersebut Kagak dianggap sebagai ‘nomenklatur’ penggerak Krusial ekonomi. Rumus ekonomi modern awalnya Kagak terlalu Menonton mudik sebagai ‘alat’ penghela.

Tapi, kenyataannya sebaliknya. Mudik kian efektif menjadi mesin penggerak ekonomi, Bagus dari sudut pandang daya ungkit pertumbuhan maupun pendorong pemerataan. Apalagi, jumlah pemudik yang Lalu bertambah, bahkan kini diprediksi melampaui 100 juta orang.

Survei Kementerian Perhubungan memperkirakan 123,8 juta orang akan melakukan aktivitas pergerakan selama Lebaran 2023 ini. Jumlah itu meningkat 14,2% Kalau dibandingkan dengan prediksi pergerakan masyarakat di masa Lebaran 2022 Lampau yang mencapai 85,5 juta orang. Inilah Kepada pertama kalinya dalam sejarah di Republik ini, jumlah pemudik dan pergerakan masyarakat selama Lebaran nyaris mencapai separuh dari total jumlah penduduk.

Maka, Kagak Dapat dimungkiri Kembali bahwa mudik dan Lebaran telah menjadi instrumen amat Krusial bagi penggerak ekonomi. Mudik bukan Kembali sekadar katarsis sosial atau perekat kohesi sosial, melainkan sudah menjelma menjadi salah satu pemacu dan sumber daya ungkit krusial bagi perekonomian kita.

Cek Artikel:  Brankas Narkoba

Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) pernah menghitung secara kasar berapa Fulus yang ‘bergerak’ selama mudik. Pada 2022, misalnya, dengan jumlah pemudik Kurang Lebih 80 juta orang, dengan Opini rata-rata per orang membelanjakan Rp2 juta, terjadi perputaran Fulus Kurang Lebih Rp160 triliun. Di 2023 ini, dengan jumlah pemudik yang diprediksi mencapai 123,8 juta orang, dengan Opini yang sama rata-rata per orang membelanjakan Rp2 juta, akan terjadi perputaran Fulus Kurang Lebih Rp246 triliun secara agregat.

Bila mengacu pada data produk domestik bruto (PDB) kita di 2022 yang sebesar Rp19,5 ribu triliun, berarti perputaran Fulus selama Lebaran ini setara dengan 1% PDB. Amat fantastis, bukan? Bila ditambah dengan fenomena hidden economy (istilah M Chatib Basri Kepada transaksi ekonomi yang Kagak tercatat), jumlahnya boleh jadi lebih dari itu.

Itu baru dari ihwal perputaran Fulus yang terkait dengan sisi pertumbuhan. Adapun dari sisi pemerataan, tradisi mudik Terang jadi motor penggerak yang dahsyat. Istilah mudik berasal dari akar kata udik, yang punya Maksud hal ihwal perdesaan. Mudik berarti pulang ke desa. Bukan hanya orang yang pulang ke desa atau ke kampung halaman, tapi juga rupiah.

Cek Artikel:  Durhaka Demokrasi

Lampau, berapa jumlah rupiah yang akan dibawa pemudik yang diperkirakan 123,8 juta orang dari kota ke desa? Bila setiap pemudik membawa pulang rupiah paling sedikit Rp500 ribu hingga Rp1 juta, sudah Dapat dihitung Fulus yang akan beredar di desa ialah Rp60 triliun hingga Rp123 triliun. Nomor itu setara, bahkan Dapat melampaui anggaran Anggaran Desa di APBN 2023 yang mencapai Rp70 triliun.

Terang, bukan jumlah yang sedikit Kepada menggerakkan sektor riil di desa-desa. Dengan demikian, terdistribusinya Anggaran ke desa-desa sebagai salah satu sumber pembangunan yang dibawa peserta mudik ke kampung halaman masing-masing akan tercipta. Itu Terang gerakan pemerataan ekonomi yang dahsyat. Fulus yang selama ini berkumpul di titik-titik tertentu di pusat-pusat pertumbuhan ekonomi Dapat terdistribusi secara lebih merata.

Cek Artikel:  Tambang Berkemajuan

Manfaat lain dari tradisi mudik secara massal ialah pemerintah pusat dan daerah berlomba-lomba memperbaiki infrastruktur dalam menyediakan sarana jalan, jembatan, dan jalan tol yang layak bagi pengguna transportasi darat Kepada mereka lalui agar terhindar dari Mandek berkepanjangan. Ini berarti, pemeliharaan infrastruktur terjaga, pengembangan infrastruktur berjalan.

Di sisi lain, buruh yang bekerja dari kegiatan di proyek infrastruktur menjelang Lebaran mendapatkan Pendapatan dari lapangan kerja baru walaupun bersifat temporer. Sesaat, mereka pun Dapat ‘menyambung napas’ dan keluar dari kemelut ekonomi menjelang Lebaran.

Kiranya, publik mengajari negara bagaimana mempercepat pertumbuhan, mendistribusikan pertumbuhan itu secara merata, dan memantik lapangan kerja. Negara mestinya berterima kasih kepada pemudik karena telah ‘memfasilitasi’ negara Kepada menemukan solusi pemerataan ekonomi.

Bentuk terima kasihnya, ya, kelola negara ini secara Bagus, Rapi, dan akuntabel. Jangan terjadi Kembali banyak Jenis Anggaran mencurigakan di rekening pejabat terjadi. Contohlah pemudik, yang Jenis dananya transparan dan akuntabel.

Mungkin Anda Menyukai