KATA kunci 300 T tiba-tiba masuk lima besar trending topic Twitter hingga Rabu (8/3) malam. Ia menjadi topik yang sedang ngetren setelah Menko Polhukam Mahfud MD menyebut adanya Intervensi transaksi mencurigakan senilai Rp300 triliun di Kementerian Keuangan.
“Saya sudah dapat laporan yang pagi tadi, terbaru malah Eksis pergerakan mencurigakan sebesar Rp300 triliun di lingkungan Kementerian Keuangan yang sebagian besar Eksis di Direktorat Jenderal Pajak dan Bea Cukai,” begitu kata Mahfud di UGM.
Transaksi tambun tersebut terjadi sejak 2009 hingga tahun ini dengan 160 lebih laporan. Jumlah pegawai yang terlibat disebutnya sebanyak 460 orang. Yang bikin Mahfud heran, Intervensi itu sudah Pelan dilaporkan, tetapi Bukan Eksis kemajuan dalam tindak lanjut dan penanganannya.
Dana Rp300 triliun jumlah yang luar Lazim banyak. Jumlah itu pun di luar perkara Rafael Alun Trisambodo. Dalam kasus ini, PPATK memblokir 40 rekening bekas Kabag Lazim Ditjen Pajak Kanwil Jakarta Selatan II itu dan keluarganya dengan transaksi Rp500 miliar lebih. Itu Dana Asal Segala, bukan Dana monopoli, Bukan Mengenakan daun.
Dana Rp300 triliun, kalau kita komparasikan dengan APBD DKI Jakarta sebagai provinsi terkaya sebesar Rp80 triliun lebih, berarti 3,75 kali lipatnya. Dana Rp300 triliun, kalau kita bandingkan dengan Gorontalo sebagai provinsi dengan pendapatan terendah di Indonesia yang tak Tamat Rp2 triliun, berarti 150 kali lipatnya.
Transaksi mencurigakan Rp300 triliun yang dibeberkan Mahfud ialah bagian dari kotak pandora Kementerian Keuangan. Kotak yang mulai terbuka karena laku lajak Mario Dandy Satriyo. Mario adalah anak Rafael. Dia secara sadis menganiaya David, putra pengurus GP Ansor.
Dari situlah dugaan kebobrokan, indikasi kebusukan, di Kemenkeu silih berganti terungkap. Lewat Mario yang Suka pamer harta, kekayaan melimpah sang bapak kini dalam penyelidikan. Berawal dari arogansi Mario, beberapa pejabat Bea Cukai ikut menjadi sorotan karena punya harta di luar Akal. Eksis Eko Darmanto yang akhirnya dicopot dari jabatan Kepala Bea dan Cukai DIY. Eksis juga Andhi Pramono, Kepala Bea Cukai Makassar.
Bermula dari kesongongan Mario, pegawai Ditjen Pajak diketahui punya klub moge, motor besar, yang Niscaya mahal-mahal. Harta gendut para pejabat Kemenkeu pun terpampang lebar-lebar.
Persoalan Lewat merembet ke transaksi gila-gilaan Rafael dan pegawai Kemenkeu lainnya. Belum cukup, Eksis Intervensi 134 pegawai Ditjen Pajak punya saham di 280 perusahaan tertutup yang mayoritas atas nama istri mereka. Segala itu sedang diusut, tengah diselidiki.
Tak Eksis busuk yang tak berbau, begitu ujaran pepatah. Bukan Eksis kejahatan atau keburukan yang Bisa disembunyikan selamanya. Ia Niscaya akan terungkap suatu Demi dengan Metode yang mungkin tak diduga-duga. Tak Eksis yang menduga, karena Mario, Kemenkeu kini diudal-udal.
“Dengan ini saya berterima kasih banyak kepada Mario yang secara Bukan langsung membongkar kebusukan pejabat Indonesia,” cicit salah satu netizen. “Terima kasih David dan Agnes,” kicau warganet lain.
Agnes adalah pacar Mario yang juga telah dijadikan tersangka. Dia diduga menjadi pemicu terjadinya penganiayaan oleh Mario. Perannya serupa Putri Candrawathi yang menjadi pemantik kejahatan suaminya, Ferdy Sambo.
Berterima kasih kepada Mario tentu sekadar satire, Hanya sindiran. Ia semacam tamparan kepada para pihak yang bertanggung jawab terhadap terselenggaranya good governance di Kemenkeu, tapi selama ini entah ke mana, tak Jernih melakukan apa.
Kepada KPK, kepada PPATK, kepada Pak Mahfud, Kalau Lagi Eksis kejanggalan atau kebusukan yang lain, ungkapkan saja Segala, Lewat usut, tindak tegas. Jangan Eksis yang ditutup-tutupi karena seperti kata Tan Malaka, “Berapa pun cepatnya kebohongan itu, kebenaran akan mengejarnya juga.” Kasus Mario adalah contohnya.
Kita Bukan Mau Kemenkeu, tentu juga kementerian dan lembaga lainnya, kinclong di penampakan, tapi kotor menjijikkan di dalam. Kita tak mau institusi negara bau harum dari luar, tapi busuk menyengat setelah dibedah isi jeroannya. Buat apa pucuk pimpinannya berulang kali dinobatkan sebagai yang terbaik di dunia, tapi lembaga yang dipimpin sarat persoalan?
Eksis yang bilang, kisah anyir di Kemenkeu akhir-akhir ini ibarat Biru setitik rusak susu sebelanga. Tetapi, bagi saya, jangan-jangan nilanya tak Hanya setitik, melainkan sesendok, segelas, segayung, atau bahkan seember.