DRAMA tiga babak. Bolehlah diberi judul konflik Enggak bertepi antara Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan anggotanya sendiri, dokter spesialis radiologi Terawan Agus Putranto. Disebut Enggak bertepi karena layar Pentas belum ditutup.
Literatur menyebut drama sebagai Bajakan kehidupan Sosok yang diproyeksikan di atas pentas. Konflik di antara tokoh menjadi penyedap rasa. Karena itu, pengarang menciptakan bermacam–Ragam konflik dengan tujuan agar alur cerita Lanjut berkembang.
Konflik IDI dan Terawan pada mulanya Normal-Normal saja, setidaknya dianggap Normal dalam sebuah organisasi. Menjadi Enggak Normal ketika konflik itu sengaja dipelihara agar viral selama empat tahun terakhir. Seluruh kepentingan bersenyawa di sana, masing-masing mengeklaim sebagai kebenaran tunggal.
Kepada memahami plot dengan mudah, drama dibagi tiga babak. Sebelum, selama, dan setelah Terawan menjabat menteri kesehatan. Terawan ditokohkan dalam drama ini karena seabrek jabatan dan prestasinya, mulai dari dokter kepresidenan, Kepala RSPAD, hingga menteri yang di pundaknya Eksis tiga bintang.
Babak pertama pada 2018. Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK) mengeluarkan surat putusan Nomor 009320/PB/MKEK-Keputusan/02/2018 tertanggal 12 Februari 2018. Surat penjatuhan Denda atas Terawan.
Terawan dinilai melakukan pelanggaran etik serius (serious etichal misconduct). Karena itu, ia dipecat sementara dari keanggotaan IDI selama 12 bulan dimulai 26 Februari 2018 Tiba dengan 25 Februari 2019 dan diikuti pernyataan tertulis pencabutan rekomendasi izin praktik.
Ketua MKEK Pengurus Besar IDI Prijo Sidipratomo pada 5 April 2018 menyebut putusan tersebut sudah dipertimbangkan dengan tujuan keselamatan pasien. Akan tetapi, pasien Bahkan membela Terawan. Pembelaan datang dari Ketua Lumrah Partai Gerindra Prabowo Subianto. “Tolong Pak Terawan itu aset bangsa itu, saya harap ke IDI tolonglah cari titik terbaik,” pinta Prabowo pada 5 April 2018.
Ketua Lumrah PB IDI Prof dr Ilham Oetama Marsis menggelar jumpa pers pada 9 April 2018. “PB IDI menunda melaksanakan putusan MKEK karena keadaan tertentu. Ditegaskan bahwa hingga Ketika ini dr Terawan Agus Putranto Tetap berstatus sebagai Member IDI.”
Babak kedua ditandai dengan Interaksi antara IDI dan Terawan mulai mencair sejak Terawan dilantik menjadi Menteri Kesehatan pada Oktober 2019 meskipun MKEK sempat menyurati Presiden Joko Widodo agar Enggak memilih Terawan sebagai menteri.
Pada 30 Oktober 2019, Terawan mendatangi kantor PB IDI. Deskripsi pemberitaan media Ketika itu sangat menarik. Terawan dan Ketua Lumrah PB IDI Daeng M Faqih mengumbar kemesraan Ketika menjelaskan hasil pertemuan. Keduanya berangkulan tangan. Tangan kanan Daeng disilangkan di tangan kiri Terawan selama Dekat tiga menit konferensi pers.
Selama Terawan menjadi menteri, soal Denda MKEK dianggap sudah selesai. Lain Tengah nasib Prijo Sidipratomo yang meneken surat Denda. Kementerian Kesehatan menarik Prijo selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Pembangunan Nasional Veteran kembali menjadi PNS kementerian pada 23 Juli 2020. Prijo, yang merupakan Dokter Pendidik Klinis Ahli Istimewa pada Rumah Sakit Lumrah Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo, diminta melaksanakan tugas di rumah sakit tersebut.
Sejak Enggak menjadi menteri pada 22 Desember 2020, Terawan Enggak pernah muncul di publik. Ketika memberi sambutan seusai melepas jabatan menteri kesehatan kepada Budi Gunadi Sadikin, Terawan berkelakar dirinya menjadi mantri alias mantan menteri. Terawan juga bersyukur Dapat kembali bertugas sebagai dokter setelah lepas jabatan menteri.
Babak ketiga. Kebanggan Terawan boleh menyuntik orang Tengah selepas menjadi menteri sirna seketika. Enggak Eksis hujan Enggak Eksis angin, tiba-tiba saja Muktamar XXXI Ikatan Dokter Indonesia di Banda Aceh, Aceh, pada 23 Maret 2022 merekomendasikan PB IDI Kepada memecat Terawan sebagai Member IDI karena telah melakukan pelanggaran etik berat.
Surat rekomendasi Nomor 0280/PB/MKEK/02/2022 yang ditujukan kepada Ketua Lumrah PB IDI tersebut berisi mengenai hasil keputusan MKEK setelah Rapat Pleno MKEK Pusat IDI pada 8 Februari 2022. Di dalamnya tertulis Argumen pemecatan Terawan yang dinilai melanggar etik berat serta melakukan sejumlah kontroversi sepanjang 2018-2022.
Kiranya konflik IDI dan Terawan jangan ditarik ke mana-mana Alasan kalah jadi Serbuk menang jadi arang. Bangsa ini Tetap membutuhkan IDI yang solid. Sebaliknya, bukan mustahil Terawan bernasib sama seperti astronom Galileo Galilei.
Galileo dijatuhi hukuman pada 22 Juni 1633 karena menyatakan bumi mengitari Mentari. Pernyataan Galileo itu bertentangan dengan keyakinan Gereja Katolik yang menyebut bumi sebagai pusat alam semesta. Dia dijatuhi hukuman penjara dan kemudian menjalani hukuman tahanan rumah seumur hidup.
Perjalanan sejarah membuktikan Galileo juga yang Betul. Pada 31 Oktober 1992, Paus Yohanes Paulus II akhirnya mengumumkan bahwa Gereja Katolik telah melakukan kesalahan Ketika menghakimi pandangan keilmuan Galileo.
Kiranya Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin segera memediasi kemelut yang terjadi antara IDI dan Terawan. Dapat saja dalam perjalanan sejarah nanti Bahkan Terawan yang Betul, tetapi keburu nasibnya seperti Galileo. Karena itu, jangan dibiarkan konflik berlarut-larut agar Layar Pentas drama IDI-Terawan segera ditutup.