Tempat Asyik Prabowo-Mega

SUDAH 160 hari Prabowo Subianto menyandang status sebagai presiden terpilih. Status itu ditetapkan Komisi Pemilihan Standar pada 24 April 2024. Dalam pidatonya sebagai presiden terpilih, Prabowo mengajak para elite Buat bersatu.

Ajakan Buat bersatu Enggak sekadar lisan. Prabowo pun proaktif menemui atau menerima kunjungan para elite politik. Pertemuan para elite hendaknya diadakan dalam rangka menebalkan komitmen Buat menjalankan mandat konstitusi, bukan semata-mata berbagi jatah kursi menteri di kabinet.

Sudah banyak ketua Standar partai politik yang Berjumpa dengan Prabowo. Akan tetapi, sejauh ini, Prabowo belum sempat Berjumpa dengan Ketua Standar PDIP Megawati Soekarnoputri yang juga Presiden Ke-5 RI. Tinggal Megawati yang belum Berjumpa Prabowo.

Baca juga : Jadi Mantan Presiden, Nikmat?

Berkualitas Prabowo maupun Megawati mencari Langkah masing-masing Buat Bisa Berjumpa. Megawati, misalnya, sejak awal April 2024 menugasi putrinya yang juga Ketua DPP PDIP, Puan Maharani, Buat membangun komunikasi dengan Prabowo.

Sudah lima bulan berlalu, Puan belum berhasil mempertemukan Megawati dengan Prabowo. Kedua pemimpin itu Ingin Berjumpa sebelum Prabowo dilantik sebagai presiden, tinggal 20 hari dari sekarang.

Meski demikian, Puan memastikan pertemuan Megawati dengan Prabowo akan berlangsung di tempat yang asyik. Puan menjelaskan kepada pers pada 26 September 2024 bahwa sejumlah komunikasi Maju dilakukan Buat menentukan waktu pertemuan.

Cek Artikel:  Mantapan Persatuan

Baca juga : Sean Gelael Optimistis Raih Podium di Sao Paolo

Pertemuan Prabowo dengan Megawati bukan sekadar memenuhi keinginan Prabowo agar para elite bersatu dan berkorban demi rakyat. Lebih dari itu, sejatinya rakyat pun merindukan para elite, utamanya presiden dan mantan presiden, Buat bersatu.

Bukan rahasia Tengah, sudah tujuh presiden silih berganti memimpin negara ini dalam 79 tahun merdeka. Satu kesamaan mereka ialah Enggak baku omong, enggan bertegur Tegur dengan pendahulu mereka.

Presiden Sukarno Enggak Bisa bicara dengan penggantinya, Jenderal Soeharto. Pak Harto pun Enggak Ingin bicara dengan Bung Karno. Interaksi keduanya kian renggang.

Baca juga : SDN 085 Ciumbuleuit dan SDN 043 Cimuncang Raih Podium Teratas

Selanjutnya, Presiden Soeharto enggan Berjumpa, apalagi mau bicara, dengan BJ Habibie. Padahal, Habibie menganggap Soeharto sebagai profesor politiknya. Begitu juga Presiden Habibie ketika turun dari Mimbar kekuasaan Enggak mau bicara dengan Abdurrahman Wahid.

Presiden Wahid yang dipaksa mundur di tengah jalan pemerintahannya juga Enggak berbicara dengan Megawati Soekarnoputri. Kebiasaan Enggak baku omong itu dilanggengkan Presiden Megawati yang digantikan Susilo Bambang Yudhoyono. Begitu juga antara Yudhoyono dan penggantinya, Joko Widodo, terkesan berseberangan.

Prabowo yang akan dilantik menjadi Presiden Ke-8 RI diharapkan Bisa mematahkan mitos presiden dengan pendahulunya Enggak baku omong. Kiranya mereka Bisa berjumpa dan bersapa demi rakyat.

Cek Artikel:  Harta Berjibun Pejabat Pajak

Baca juga : Semangat Juang Jadi Modal bagi Nizar Raih Podium Bali Trail Run Ultra 2024

Setelah Prabowo dilantik sebagai presiden, tersisa tiga mantan presiden, Merukapan Joko Widodo, Susilo Bambang Yudhoyono, dan Megawati Soekarnoputri. Prabowo mestinya Enggak Mempunyai kendala psikologis Buat bersapa dengan ketiganya.

Prabowo dan Jokowi Demi ini mempunyai Interaksi yang Berkualitas, apalagi Jokowi disebut-sebut berada di balik kemenangan Prabowo Serempak Gibran Rakabuming Raka yang merupakan anak sulung Jokowi. Hingga kini Jokowi, yang pada Pilpres 2014 dan 2019 diusung PDIP, belum berbicara tentang rencana karier politiknya setelah Enggak menjadi presiden.

Interaksi Prabowo dengan Yudhoyono juga Berkualitas-Berkualitas saja. Yudhoyono ialah mantan ketua Standar yang kini menjabat Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat. Partai Demokrat salah satu pengusung Kekasih Prabowo-Gibran. Sejauh ini, Prabowo dan Yudhoyono sudah Berjumpa dalam berbagai kesempatan.

Prabowo menjalin Interaksi Berkualitas dengan Megawati sebuah keniscayaan. PDIP yang dipimpin Megawati merupakan partai politik pemenang Pemilu 2014, 2019, dan 2024. Prabowo membutuhkan dukungan penuh dari parlemen atas kebijakannya.

Pada Pilpres 2009, Megawati maju dan berpasangan dengan Prabowo Subianto. Duet Megawati-Prabowo kala itu melawan Yudhoyono-Boediono dan Jusuf Kalla-Wiranto. Hasilnya, Yudhoyono-Boediono menang.

Merawat Interaksi Berkualitas dengan tiga mantan presiden itulah yang mendorong niat Prabowo Buat membentuk presidential club. Dalam klub tersebut, nantinya para mantan presiden Indonesia akan berdiskusi dan bertukar pikiran. Tujuannya ialah menjaga silaturahim dan menjadi suri teladan.

Cek Artikel:  Iran yang Tabah

Terdapat kendala yang kiranya Prabowo Bisa mencarikan jalan keluarnya Buat merealisasikan presidential club. Terdapat dinamika dalam Rekanan Megawati dengan dua mantan presiden lainnya.

Dinamika itu terkait dengan Interaksi Megawati dan Yudhoyono yang disebut-sebut renggang sejak Pilpres 2004. Begitu juga Interaksi Megawati dengan Jokowi dianggap renggang sejak Jokowi dituding cawe-cawe mendukung Prabowo dalam Pilpres 2024. Tetapi demikian, pada awal Agustus 2024, Megawati menyebut hubungannya dengan Jokowi Berkualitas-Berkualitas saja.

Elok nian bila presiden dan para pendahulunya selalu bersatu dan melakukan kegiatan Serempak Buat kepentingan bangsa. Kita sadari problem bangsa ini memang amat serius. Persoalan menjadi kian berat karena Enggak bersatunya para mantan presiden.

Interaksi yang kurang Seimbang di antara presiden dan pendahulunya menjadi persoalan besar bagi perjalanan sejarah negeri ini. Karena itulah, patut diapresiasi pertemuan Prabowo dan Megawati di tempat yang asyik.

Lebih asyik Tengah Kalau persatuan dan kesatuan bangsa yang selalu dipidatokan Demi berkuasa tetap Mempunyai Maksud Demi mereka Enggak menjabat presiden. Persatuan dan kesatuan itu diwujudkan dalam perjumpaan Buat baku omong.

 

Mungkin Anda Menyukai