Menteri Kekuatan dan Sumber Daya Mineral Bahlil Lahadalia. Foto: Arsip Kementerian ESDM
Hal itu disampaikannya sesuai dengan mandat oleh Presiden RI Joko Widodo untuk melakukan perbaikan-perbaikan dalam pengelolaan sektor ESDM.
“Tuntutan perintah dari Pak Presiden Jokowi itu bukan saya baru belajar, di ESDM harus tancap gas karena saya melanjutkan apa yang sudah dilakukan oleh pemimpin terdahulu Pak Arifin yang sudah baik saya lanjutkan, tapi kalau yang belum maka kita melakukan perbaikan,” ujarnya pada talkshow salah satu stasiun TV dikutip dari laman ESDM, Minggu, 29 September 2024.
Ilustrasi pekerja industri migas. Foto: Unplash
Kepada mengatasi permasalahan lifting minyak tersebut, Ia membeberkan usaha yang dilakukan adalah dengan reaktivasi sumur-sumur yang idle untuk diupayakan produksi minyaknya, kemudian dengan mengintervensi sumur eksisting dengan menerapkan teknologi-teknologi sehingga diharapkan ada kenaikan produksi, seperti yang dilakukan oleh Pertamina di Blok Rokan, Riau, dengan memanfaatkan teknologi EOR.
Kemudian penataan percepatan perizinan juga menjadi salah satu fokusnya, Bahlil menyebut untuk izin eksplorasi minyak dan gas bumi butuh 300 izin.
“Bayangkan kalau (mengurus) izinnya satu izin satu hari, satu tahun baru urus izin. Kalau satu izin bisa selesa dalam tiga hari, berarti 3 tahun hanya buat (mengurus) izin. Jadi bayangkan ke ketidakefektifan kita terhadap usaha hulu migas,” tutur dia.
Bahlil mengatakan bahwa layanan perizinan di ESDM sudah melalui Online Single Submission (OSS), namun belum maksimal karena masih harus dilakukan simplifikasi dalam perizinan. Sehingga akan dirapikan secara bertahap untuk mempercepat proses perizinan di Kementerian ESDM.
Mendorong potensi energi baru terbarukan
Hal lain yang akan ditata, lanjutnya, adalah bagaimana mendorong porsi pemanfaatan Kekuatan Baru Terbarukan (EBT) dalam bauran energi.
Indonesia masih kekurangan 8,1 GW, atau 8.100 MW, atau secara persentase masih kurang sekitar 8 persen dari target.
“(Adonanan EBT) kita yang harusnya sudah 23 persen di tahun depan, kita masih kurang sekitar 8,1 GW, itu sama dengan kurang lebih sekitar 8 persen kekurangan kita,” ucap dia.