Tarif Trump Dikhawatirkan Bikin Ekonomi Dunia Makin Lesu

Ilustrasi penurunan ekonomi Dunia. Foto: Freepik.

Beijing: Rencana Presiden Amerika Perkumpulan (AS) Donald Trump Buat mengenakan tarif timbal balik pada Segala Kawan dagang telah menimbulkan kekhawatiran luas hal itu dapat memicu perang dagang dan meredupkan prospek ekonomi Dunia.

Pada Kamis (13/2), Trump menandatangani memorandum yang mengarahkan pemerintahannya Buat menentukan tarif timbal balik yang setara terhadap setiap Kawan dagang asing. Keputusan tersebut dinilai Buat tujuan keadilan bagi AS.

Mengutip Xinhua, Minggu, 16 Februari 2025, Trump dinilai sedang menghancurkan aturan-aturan yang telah mengatur perdagangan dunia selama beberapa Dasa warsa. Tarif timbal balik tersebut kemungkinan akan menciptakan kekacauan bagi bisnis-bisnis Dunia dan konflik dengan sekutu-sekutu dan musuh-musuh AS.

Menurut seorang peneliti senior nonresiden di Peterson Institute for International Economics Gary Clyde Hufbauer, dalam negosiasi Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), timbal balik berarti keseimbangan menyeluruh atas konsesi yang diberikan dan konsesi yang diterima, antara masing-masing negara di satu pihak dan Segala Kawan dagangnya di pihak lain.

Tetapi, sebut dia, Trump telah mendefinisikan ulang Maksud timbal balik Buat diterapkan berdasarkan pos pengeluaran, negara per negara, dan bukan keseimbangan menyeluruh.

Cek Artikel:  Rupiah teruskan Tren Pelemahan pada Kamis 14 November 2024

“Dengan resiprositas, sebagaimana didefinisikan oleh Trump, tarif AS mungkin rata-rata akan lebih tinggi 10 hingga 15 poin persentase. Menurut pendapat saya, tarif sebenarnya merugikan ekonomi AS, jadi meskipun tarif akan meningkatkan pendapatan, tarif Bahkan akan mengurangi pertumbuhan PDB,” kata Hufbauer kepada Xinhua.

Presiden dan CEO American Apparel & Footwear Association Stephen Lamar menggambarkan situasi tersebut sebagai lingkungan yang sangat kacau. “Sulit Buat Membikin rencana jangka panjang yang berkelanjutan,” tutur dia.
 

 

Mengganggu rantai pasok

Federasi Ritel Nasional (NRF), yang mewakili sektor ritel AS, telah memperingatkan skala besar usaha tersebut akan sangat mengganggu rantai pasokan.

“Hal ini kemungkinan akan mengakibatkan harga yang lebih tinggi bagi keluarga Amerika yang bekerja keras dan akan mengikis daya beli rumah tangga,” kata David French, wakil presiden eksekutif Interaksi pemerintah NRF, dalam siaran pers yang diterbitkan Kamis.

French mengatakan indeks sentimen konsumen bulanan Universitas Michigan Lanjut menurun, menunjukkan konsumen khawatir tentang ketidakpastian perang dagang.

“Kami mendorong Presiden Buat mengupayakan koordinasi dan kolaborasi dengan Kawan dagang kami serta menciptakan stabilitas pada rantai pasokan dan anggaran keluarga kami,” tambahnya.

Cek Artikel:  Asosiasi UMKM Pertanyakan Bank yang Minta Jaminan KUR di Dasar Rp100 Juta

Menyebut kebijakan perdagangan timbal balik sebagai langkah ke arah yang salah, Uni Eropa mengatakan tarif baru yang dikenakan akan merugikan ekonomi AS dengan Memajukan harga produk akhir yang dikonsumsi rakyat AS.

“Tarif adalah pajak. Dengan mengenakan tarif, AS mengenakan pajak kepada Kaum negaranya sendiri, Memajukan biaya bisnis, menghambat pertumbuhan, dan memicu inflasi. Tarif meningkatkan ketidakpastian ekonomi dan mengganggu efisiensi serta integrasi pasar Dunia,” ungkap Komisi Eropa

Selain beban pajak yang meningkat, yang biasanya dibebankan dari importir ke konsumen, para ekonom juga telah memperingatkan mengenai konsekuensi parah bagi ekonomi Dunia.

“Analisis kami menunjukkan Pengaruh utamanya akan terjadi pada pertumbuhan. Kalau dunia memasuki jalur menuju perang dagang, ini akan berdampak sangat negatif pada prospek pertumbuhan ekonomi Dunia,” ujar Wakil Presiden Bank Sentral Eropa Luis de Guindos.

“Kenaikan tarif dan kuota merupakan guncangan pasokan yang negatif, terutama Kalau disertai dengan tindakan balasan. Lingkaran setan ini harus dihindari,” tambah dia.

Cek Artikel:  Telkom Siap Bagi Dividen 80 Persen dari Total Keuntungan Kudus 2024


(Presiden AS Donald Trump. Foto: Anadolu Agency)
 

Tarif Trump

Beberapa waktu Lampau, Trump menandatangani proklamasi Buat mengenakan tarif sebesar 25 persen pada Segala impor baja dan aluminium dan mengakhiri Segala kuota bebas bea, pengecualian, dan pengecualian Buat tarif baja dan aluminium.

Pada 1 Februari, Trump menandatangani perintah Buat mengenakan tarif sebesar 25 persen pada barang-barang dari Meksiko dan Kanada, beserta tarif sebesar 10 persen pada produk-produk Tiongkok. Ia kemudian menghentikan sementara tarif pada Kanada dan Meksiko selama satu bulan Buat memungkinkan negosiasi.

Menurut studi baru oleh Peterson Institute for International Economics, tarif Trump terhadap Kanada, Meksiko, dan Tiongkok, Kalau diberlakukan, akan membebani rumah tangga AS pada umumnya, atau median, dengan kenaikan pajak lebih dari USD1.200 setahun.

Tarif tersebut dapat menghantam negara-negara berkembang dengan sangat keras, khususnya India, Brasil, Vietnam, dan negara-negara Asia Tenggara dan Afrika lainnya, mengingat mereka Mempunyai beberapa perbedaan terlebar dalam tingkat tarif yang dikenakan pada barang-barang AS yang dibawa ke negara mereka dibandingkan dengan apa yang dikenakan AS kepada mereka.

Mungkin Anda Menyukai