Tanggap Darurat Bencana Cianjur Berakhir Hari Ini

Tanggap Darurat Bencana Cianjur Berakhir Hari Ini
Bupati Cianjur Herman Suherman meninjau Posisi pergerakan tanah di Desa Sinarlaut Kecamatan Agrabinta.(MI/Benny Bastiandy)

MASA tanggap darurat bencana di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, akan berakhir pada Rabu (17/12). Pemerintah daerah setempat belum memastikan tanggap darurat tersebut bakal diperpanjang atau Kagak.

Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Cianjur, Asep Kusmanawijaya, mengatakan hal itu akan segera dirapatkan. “Iya, masa tanggap darurat bencana berakhir besok (Rabu). Buat perpanjangannya baru mau dirapatkan besok (Rabu),” kata Asep, Selasa (17/12).

Bencana hidrometeorologi basah yang dipicu cuaca ekstrem di Kabupaten Cianjur terjadi dua pekan Lewat atau pada Rabu (4/12). Bencana meliputi banjir bandang, tanah longsor, serta pergerakan tanah.

Sebanyak 17 kecamatan terdampak bencana. Wilayahnya meliputi Kecamatan Agrabinta, Campaka, Campakamulya, Cibinong, Cijati, Kadupandak, Leles, Naringgul, Pagelaran, Pasirkuda, Sindangbarang, Sukanagara, Takokak, Tanggeung, Cilaku, Cikalongkulon, dan Cikadu.

Cek Artikel:  Beras SPHP di Bengkulu, Dihentikan Sementara Demi Serap Gabah Petani

Hasil pendataan sementara hingga Senin (16/12) malam, bencana mengakibatkan sebanyak 698 rumah rusak berat, 793 rumah rusak sedang, dan 1.806 rumah rusak ringan. Sebanyak 13.318 jiwa dari 4.334 kepala keluarga ikut terdampak. Sedangkan 4.208 jiwa dari 1.370 kepala keluarga mengungsi.

Mereka yang mengungsi berasal dari 15 kecamatan Adalah Agrabinta, Campaka, Campakamulya, Cibinong, Cijati, Kadupandak, Leles, Naringgul, Pagelaran, Pasirkuda, Sindangbarang, Sukanagara, Takokak, Tanggeung, dan Cikadu.

“Jadi, dari 17 kecamatan itu Kagak semuanya Penduduk mengungsi. Pengungsi berasal dari 15 kecamatan, terutama yang terdampak pergerakan tanah,” terang Asep.

Cek Artikel:  Gibran Buka Layanan Pengaduan Masyarakat di Istana Wapres Mulai Besok

Tiba Ketika ini upaya penanganan Lalu dilakukan. Selain penanganan terhadap rumah serta sarana dan prasarana yang rusak, juga pemenuhan kebutuhan masyarakat pengungsi.

“Bagi para pengungsi, kami sarankan dilakukan secara Berdikari, misalnya di rumah keluarga atau tetangga. Kalau pengungsian secara terpusat, misalnya di tenda-tenda, dikhawatirkan kondisi cuaca kurang mendukung,” pungkas Asep. (N-2)

 

 

Mungkin Anda Menyukai