Takjubnya Desa Penglipuran! Ayo Dong Berlibur ke Pulau Dewata…

PariwisataIndonesia.id – Sungguh besar karunia Tuhan kepada negeri Indonesia, memancarkan kekayaan alam dengan pesonanya yang Ayu dan tersebar dari Sabang Tiba Merauke. Oh bahagianya, Sekalian terasa bak surga dunia. Kita patut bersyukur dan menjaganya Serempak-sama.

Salah satu destinasi wisata di negara kita yang begitu indah dan sudah mendunia bahkan selalu bikin rindu Ingin Lanjut datang kembali adalah Bali.

Mengapa banyak wisatawan tertarik berlibur ke pulau Bali?

Pertanyaan ini kerap muncul terutama bagi mereka yang pertama kali berlibur ke Bali. Sobat Pariwisata, pulau Bali adalah salah satu destinasi wisata paling terkemuka di Indonesia.

Selain menyuguhkan segudang pantai yang eksotik terdapat juga banyak pilihan tempat wisata Asik lainnya, dari harga termurah Tiba akomodasi lainnya yakni resor termewah tempat menginap Raja Salman di Bali.

Termasuk Hidangan tradisional; berbagai aktivitas seni dan budaya, tentunya Membikin banyak wisatawan kepincut Demi liburan Serempak Kekasih, keluarga tercinta, dan kerabat.

Bahkan Bali terkenal secara Dunia sebagai tempat meeting. Tak jarang, sejumlah pertemuan bisnis dan pekerjaan dilakukan dari Bali karena mereka merasakan Terjamin dan nyaman Ketika berada di Pulau Dewata.

Sebelum menyuguhkan tempat wisata di Bali yang paling favorit versi redaksi Pariwisata Indonesia, jangan lupa Demi menyempatkan mampir ke objek wisata satu ini, yakni desa Penglipuran.

Desa ini memang Terkenal, tak lengkap rasanya bila belum ke Posisi primadona pariwisata di Bali ini.

Cek Artikel:  Sensasi berlayar di atas Waduk bekas galian tambang

Pasalnya, digadang-gadang meraih predikat sebagai salah satu desa terbersih di dunia yang terletak di Kabupaten Bangli, Provinsi Bali, Indonesia.

Menelisik asal muasal namanya, berasal dari kata ‘pelipur’ dan ‘lara’, artinya desa ini dimaknai sebagai pelipur lara Demi Bangun dan mengusir rasa sedih.

Maksud lainnya juga berasal dari kata ‘pangleng’ dan ‘pura’ yang artinya tempat yang dikellilingi oleh pura dari empat penjuru mata angin sebagai pengingat warisan para leluhur.

Menelusuri kehidupan masyarakatnya, mereka sangat melestarikan budaya tradisional Bali.

Hal itu, dapat dilukiskan melalui arsitektur bangunan dan pengolahan lahan Lagi mengikuti konsep Tri Hita Karana.

Maksud filosofis di balik Tri Hita Karana adalah masyarakat di sini sangat meyakini unsur keseimbangan Interaksi antara Tuhan, Insan, dan lingkungan.

Pengejawantahan terhadap nilai budaya yang terkandung pada Tri Hita Karana berarti tiga penyebab terciptanya kebahagiaan.

Pada akhirnya, terwujudlah kehidupan yang Serasi meliputi pembangunan Insan seutuhnya yang astiti bakti terhadap Tuhan Yang Maha Esa, Kasih kepada kelestarian lingkungan serta rukun dan damai dengan sesamanya.

Cek Artikel:  Menpar undang investor UEA perbanyak investasi di sektor pariwisata RI

Objek wisata ini menjadi pilihan yang sangat direkomendasikan karena pariwisatanya berjalan berdampingan.

Sekalian pihak pun merasa diuntungkan, masyarakat dan wisatawan saling mengisi satu sama lain. Tanpa harus menghilangkan budaya dan tradisi yang sudah terjadi secara turun temurun.

Menurut keterangan resminya, disebutkan sejak tahun 1993, Pemerintahan Bali mulai mempromosikan desa Penglipuran menjadi salah satu objek wisata terfavorit.

Di mana, desa ini berhasil membangun “Pariwisata berbasis Komunitas”, Argumen lainnya, guna menghindari kapitalisme pariwisata di desa tersebut.

Melalui konsep tersebut, diharapkan Sekalian pihak turut mendapatkan manfaat dari pariwisata ini, bahkan sebagian keuntungan didonasikan Demi pembangungan desa.

Sejak Ketika itu, pemandu wisata; penjaga tiket: dan petugas lainnya atau mereka yang terlibat di sini, dipekerjakan langsung oleh desa, dan turut memperoleh bayaran dari jumlah keuntungan yang didapat dari kunjungan wisatawan atau dengan kata lain “berkonsep bagi hasil”.

Sebelumnya, masyarakat desa Penglipuran memperoleh pendapatan dari jasa pemandu wisata Ketika kunjungan turis bertandang ke pekarangan, mereka menjelaskan tradisi dan budaya yang mendiami desa itu.

Tetapi, dikritik lantaran dianggap Enggak memenuhi rasa keadilan karena pekarangan yang jauh dari pintu Esensial cenderung mendapatkan lebih sedikit kesempatan.

Cek Artikel:  10 Destinasi Eropa untuk Menikmati Anggur Bersoda

Alhasil, diubahlah dengan konsep baru. Sekalian pekarangan diberi nomor urut dan pemandu wisatanya pun juga mengalami hal serupa. Skemanya bergilir, urut kacang.

Seiring waktu, pariwisata ini pun semakin berkembang dan Lanjut disempurnakan. Pemerintah Provinsi Bali juga turut menyokong berdirinya homestay, pada Era itu menjamurnya homestay tak seperti sekarang.

Berikutnya Tengah, berdasarkan hasil musyawarah desa lahirlah keputusan, antara lain: Setiap rumah diberikan kesempatan Demi menawarkan suvenir di pekarangan masing-masing; setiap suvenir yang terjual diberikan kembali Demi mendukung pembangunan desa, semisal dipatok Rp 5 ribu/item disumbangkan Demi desa.

Hal ini, tentu saja membawa Pengaruh yang positif karena membangkitkan sektor ekonomi di desa tersebut dan objek wisata ini Lagi kental nuasa Bali Asal dan belum banyak mendapatkan pengaruh modern.

Hal lain dari profil masyarakat yang mendiami desa ini, selain Mempunyai budaya Demi senantiasa menghormati alam, penduduk desa Penglipuran pun sangat menjunjung tinggi kehormatan Perempuan.

Mengapa? Karena, aturan di desa tersebut melarang pria Demi melakukan poligami, Apabila kedapatan begitu maka diberikan Hukuman sosial, seperti menerima hukuman dengan dikucilkan dari desa.(Eh)

Mungkin Anda Menyukai