Tak Terdapat Gegap Gempita, Tahun Baru Gaza Dihantui Musim Dingin

Anak-anak di Gaza kedinginan Ketika tahun baru. (Anadolu)

Gaza: Para Kaum Gaza kembali memulai tahun baru dengan ketakutan. Tak hanya ketakutan perang, Tetapi juga mereka dihantui banjir dan musim dingin.

 

Keluarga-keluarga Menyaksikan tenda-tenda mereka terendam banjir karena 90 persen penduduk Gaza mengungsi.

 

“Dulunya musim dingin menjadi waktu berkumpulnya masyarakat dan pertemuan keluarga, tetapi kini telah menjadi mimpi Kagak baik,” demikian dilaporkan Al Jazeera, Rabu, 1 Januari 2025.

 

Situasi ini diperburuk oleh kurangnya Sokongan kemanusiaan yang masuk ke Jalur Gaza, karena menurut berbagai organisasi, Israel menghalangi aksesnya.

 

Selimut hangat, Pakaian musim dingin, dan bahan bakar yang dibutuhkan Demi penghangat ruangan semuanya Kagak tersedia.

Cek Artikel:  Balas Dendam Serangan Balon Isi Sampah, Korea Selatan Pasang Pengeras Bunyi di Perbatasan Korea Utara

 

Doctors Without Borders memperingatkan bahwa Restriksi Israel yang Maju berlanjut terhadap masuknya air, makanan, dan perlengkapan musim dingin ke Gaza membahayakan nyawa anak-anak di Distrik yang dilanda perang tersebut.

 

Grup tersebut, yang dikenal dengan akronim bahasa Prancisnya MSF, mencatat bahwa tiga bayi, semuanya berusia di Dasar satu bulan, telah dibawa ke Rumah Sakit Nasser di Khan Younis setelah meninggal karena hipotermia pada 25 Desember.

 

Dikatakan bahwa departemen pediatrik di rumah sakit tersebut telah penuh sejak Juli, dengan lebih dari seperempat pasien dirawat karena sindrom gangguan pernapasan.

 

“Musim dingin Lewat, meskipun orang-orang telah mengungsi dan kondisinya sangat Kagak baik, Lagi Terdapat beberapa bangunan Demi berlindung,” kata Pascale Coissard, koordinator darurat MSF.

Cek Artikel:  Paus Fransiskus Serempak Patung Yesus dengan Keffiyeh Dikritik

 

“Hari ini, setelah 14 bulan perang dan hancurnya infrastruktur, sebagian besar orang di Gaza tinggal di tenda-tenda yang nyaris Kagak melindungi dari angin dingin dan hujan,” lanjut Coissard.

 

Coissard mengatakan, bayi yang baru lahir menghadapi tantangan yang “langsung dan ekstrem” di Gaza.

 

“Mereka terlantar di tengah musim dingin, tanpa akses yang memadai terhadap kehangatan, tempat berlindung, atau perawatan kesehatan, karena Israel Maju membom Gaza dan membatasi pasokan Krusial Demi memasuki Jalur Gaza,” ujar Coissard.

 

Lebih dari 45 ribu Kaum Gaza dengan mayoritas anak-anak dan Perempuan tewas akibat gempuran Israel selama 15 bulan terakhir. Kagak Terdapat tanda-tanda perdamaian akan terjadi dalam perang ini.

Cek Artikel:  Tiga Hari Pasca Tumpahan Minyak, Otoritas Singapura Mulai Bersihkan Area Pantai Pulau Sentosa

 

Baca juga: Enam Bayi Meninggal Membeku di Gaza Akibat Cuaca Dingin Ekstrem

Mungkin Anda Menyukai