AKTOR Christian Sugiono menemukan momen nostalgia Ketika syuting Gambar hidup Santet Segoro Pitu, terutama ketika ia berperan sebagai Pak Cipto, seorang pedagang pasar di era 1980-an.
“Terdapat barang-barang yang mengingatkan masa kecil saya, seperti merk sampo yang sudah Tak diproduksi Tengah,” kenangnya Sembari tersenyum.
Set ini menampilkan toko kelontong dengan barang-barang jadul, yang menurutnya memberi kesan realistis dan nostalgia tersendiri.
Kekaguman Christian terhadap tim produksi terlihat ketika ia Menonton detail yang begitu teliti pada barang-barang di toko kelontong Pak Cipto.
“Salut sama tim yang Dapat menemukan barang-barang langka itu,” tambahnya.
Tak hanya Buat Christian, kehadiran set ini juga berhasil membawa suasana otentik tahun 1980-an yang menjadi latar waktu Gambar hidup tersebut.
Membangun suasana pasar era 80-an membutuhkan banyak elemen pendukung, termasuk penggunaan figuran dalam jumlah besar.
“Adegan pasar itu Terdapat Sekeliling 100 orang figuran, cukup sulit tapi jadi favorit saya karena suasana pasarnya Betul-Betul terasa hidup,” kata Christian Sugiono.
Adegan ini menjadi salah satu yang membuatnya merasa semakin menyatu dengan Watak Pak Cipto.
Tak hanya dari sisi set, tantangan juga muncul Ketika Christian harus berinteraksi dengan figuran yang menggunakan bahasa Jawa sehari-hari. Hal ini cukup membuatnya terkejut karena Tak Sekalian dialog berjalan sesuai naskah.
“Interaksi dengan mereka kadang sulit karena dialog mereka Tak mengikuti script,” ujarnya.
Dengan kesungguhan tim produksi dalam menciptakan set yang otentik dan menghadirkan unsur nostalgia, Santet Segoro Pitu menjadi Gambar hidup horor yang patut dinantikan Buat menghidupkan kembali kenangan masa Lampau, terutama bagi generasi yang tumbuh di era tersebut. (Z-12)
