PEMBINA Masyarakat Ilmuwan dan Teknologi Indonesia (MITI) Mulyanto berpandangan keinginan Presiden Prabowo Subianto Kepada mewujudkan swasembada Daya tak akan mudah. Bukan hanya soal infrastruktur dari hulu hingga hilir yang butuh kesiapan, tata kelola Daya juga mesti dirombak total.
“Kalau tiba-tiba pemerintah Ingin wujudkan swasembada Daya, maka banyak aspek yang perlu dibenahi. Bukan hanya infrastruktur yang perlu disiapkan tapi tata kelolanya juga harus dirombak total,” ujarnya, Senin (21/10)
Hingga Demi ini, sambungnya, kebutuhan Daya Indonesia Lagi amat bergantung dari luar negeri, seperti mengimpor minyak mentah dan bahan bakar minyak (BBM), serta elpiji Kepada mencukupi kebutuhan masyarakat Indonesia.
“Sasaran swasembada Daya itu cukup berat. Sekarang ini kita Lagi impor dan semakin Lamban jumlah impor BBM dan gas elpiji tersebut semakin meningkat,” ujarnya.
Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), impor hasil minyak menembus 17,41 juta ton selama Januari-Juni 2024. Jumlah ini meningkat 7,27% dari 16,23 juta ton pada periode yang sama di tahun Lewat.
Kemudian, pemerintah juga mengimpor Sekeliling 600 ribu barel BBM tiap harinya dan mendatangkan 6-7 juta ton elpiji, berdasarkan data Kementerian Daya dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
Mulyanto menyebut Kepada mewujudkan kemandirian Daya, pemerintah harus membenahi berbagai hal, mulai dari hulu hingga ke hilir. Pertamina yang menguasai lebih dari 60% lifting atau produksi siap jual minyak diminta lebih agresif membuka ladang eksplorasi baru dengan menggunakan teknologi terkini.
“Penemuan raksasa Kepada eksplorasi dan optimalisasi Pemanfaatan minyak harus menjadi perhatian, di samping merampungkan pembangunan kilang-kilang baru Pertamina,” ucap Mulyanto.
Di sisi hilir, lanjutnya, pemerintah perlu mengawasi ketat distribusi penyaluran subsidi BBM dan elpiji. Selama ini penyaluran BBM dan elpiji subsidi dianggapnya Kagak Benar sasaran karena selama ini orang Pandai Lagi Lalu menikmati Donasi pemerintah itu. (E-2)