Sustainability Kota

Sustainability Kota
(MI/Duta)

Demi ini sedang marak Siaran tentang buruknya kualitas udara di berbagai kota, terutama di Jakarta dan sekitarnya. Bahkan media Global seperti Reuters, The Straits Times, Channel News Asia, dan South China Morning Post turut menurunkan Siaran yang menyatakan bahwa kualitas udara di Kota Jakarta Demi ini termasuk yang terburuk di dunia.

Pasalnya, kandungan PM 2.5 (particulate matter), partikel debu sangat kecil yang Pandai masuk paru-paru Mahluk, di Jakarta mencapai 16 kali lipat lebih tinggi daripada standar WHO. Banyak kalangan menyatakan penyebab buruknya kualitas udara di Jakarta dan sekitarnya diakibatkan oleh musim kemarau, dan emisi karbon dari industri serta pembangkit listrik yang menggunakan bahan bakar fosil (batu bara dan minyak). Penyebab lainnya ialah sektor transportasi, yakni emisi karbon dari asap kendaraan bermotor.

Bahkan Pemprov DKI Jakarta menyatakan bahwa sektor transportasi memberikan kontribusi hingga 70% sumber pencemaran udara di Jakarta. Dampak dari kualitas udara yang Enggak baik ini tentunya berpengaruh terhadap kesehatan, terutama menyebabkan timbulnya penyakit saluran pernapasan, asma, dan paru-paru akut.

Pencemaran udara akibat dari sektor transportasi utamanya disebabkan oleh jumlah kendaraan bermotor yang semakin meningkat pesat. Kendaraan bermotor di Jakarta Demi ini telah berjumlah 26 juta unit, meningkat 4,39% dari tahun sebelumnya. Selain itu, data World Population Review menunjukkan bahwa penduduk Jakarta Demi ini mencapai sebanyak 11,24 juta jiwa. Artinya, tekanan jumlah penduduk dan peningkatan jumlah kendaraan bermotor yang pesat ini akan Lalu mengancam kualitas udara dan kualitas lingkungan hidup di Jakarta.

Kebijakan yang diambil Demi ini Buat mengatasi buruknya kualitas udara, di antaranya memberlakukan Restriksi kegiatan dan pergerakan penduduk melalui working from home (WFH), dan uji emisi Buat kendaraan bermotor, serta menyiram jalanan dengan air. Tetapi, hal itu dianggap berbagai kalangan hanya sebagai reaksi spontan dan kurang memberikan Dampak signifikan.

Cek Artikel:  Konflik Palestina-Israel Menanti Keajaiban selain Hukum Global

Diperlukan solusi yang Benar dan berkelanjutan (sustain) yang dapat memecahkan masalah Demi ini dan sekaligus dapat menjamin kualitas lingkungan lebih Bagus hingga masa depan. Kebijakan yang diperlukan Sepatutnya Enggak hanya Buat mengatasi buruknya kualitas udara secara reaktif, tapi juga dibutuhkan solusi mendasar yang menyasar pesatnya peningkatan jumlah penduduk dan jumlah kendaraan bermotor sebagai penyebab Primer pencemaran udara.

Buat mengatasi masalah tersebut, minimal Terdapat tiga acuan yang dapat dijadikan dasar Buat mengambil kebijakan. Pertama, Mendunia Power City Index (GPCI) dari The Mori Memorial Foundation’s Institute for Urban Strategies yang menyatakan bahwa Jakarta berada di posisi 48 di jajaran kota berkelas dunia (world class city).

Kedua, Urban Mobility Readiness Index, Oliver Wyman Lembaga, University of California at Berkeley juga menyatakan bahwa Jakarta Tetap di urutan 46 di jajaran kota yang mempunyai kualitas lingkungan dan transportasi publik yang Bagus. Ketiga, The Arcadis Urban Sustainable Cities Index, menunjukkan bahwa Jakarta terdampar di posisi 83, dinilai dari tingkat nyaman Buat dihuni, kondisi kualitas udara dan lingkungan hidup, serta pelayanan transportasi publik.

Dalam hal ini, kota dengan nilai tinggi ialah kota di dunia yang mengandalkan moda transportasi publik berbasis rel secara terpadu, seperti mass rapid transit (MRT) atau moda raya terpadu, dan light rail transit (LRT) atau lintas rel terpadu. Teladan kota yang mempunyai nilai tinggi dan jauh di atas Jakarta ialah Tokyo, Berlin, Wina, Muenchen, Amsterdam, Singapura, juga Praha yang berada di Eropa Timur.

Cek Artikel:  Kesempatan Uji Material UU Kesehatan Pascapenolakan Uji Formal oleh MK

Kota-kota tersebut berhasil memanjakan masyarakat dengan ketersedian sistem jaringan transportasi rel yang luas ke berbagai tujuan di kotanya, dan didukung unit moda yang nyaman dan Benar waktu perjalanan. Sistem jaringan transportasi publik seperti MRT dan LRT itu terbukti efektif dan efisien karena waktu tempuh perjalanan menjadi lebih Segera, Enggak mengalami kemacetan Lewat lintas, dan dapat mengangkut penumpang secara masif setiap harinya.

Kalau dibandingkan dengan kendaraan bermotor pribadi, moda transportasi publik tersebut juga mengurangi pencemaran udara karena digerakkan dengan tenaga listrik yang Enggak bersumber dari bahan bakar fosil. Moda transportasi publik seperti itu juga mengurangi tingkat kecelakaan Lewat lintas kendaraan bermotor di jalan, dan Enggak bising dibanding kendaraan bermotor di jalan.

Memang Demi ini Jakarta telah mempunyai MRT dan LRT, tapi Tetap mempunyai keterbatasan pelayanan. Sebagai Teladan, MRT Jakarta baru mempunyai satu jalur tujuan dengan total panjang jalur lintasan 16 km dan Mempunyai 13 stasiun perhentian. Adapun LRT Jabodebek Demi ini baru tahap uji coba operasional. Rata-rata per hari, MRT Jakarta mengangkut 80 ribu penumpang, suatu jumlah yang relatif sedikit.

Bandingkan misalnya dengan kota Tokyo yang mempunyai panjang lintasan moda transportasi publik sejenis dengan total panjang jaringan rel 304 km, didukung 285 stasiun perhentian, dan mengangkut 8,7 juta penumpang per hari. Moda transportasi publik yang sama di Kota Wina rata-rata mengangkut 1,3 juta penumpang per hari, dan di Kota Muenchen mengangkut sejumlah 1,8 juta penumpang per hari dengan didukung sebanyak 248 stasiun perhentian. Jadi, Jakarta Tetap tertinggal jauh ketimbang kota-kota besar di negara lain.

Cek Artikel:  Cermin Jelek Masyarakat dan Peran Muhammadiyah

 

Prioritas

Penanganan masalah buruknya kualitas udara yang semakin kritis ini memerlukan solusi komprehensif, termasuk mengatasi ketertinggalan dalam pengembangan sistem pelayanan transportasi publik. Khususnya di Jakarta, utamanya diperlukan segera perluasan jaringan MRT dan LRT yang Demi ini Tetap sangat minim.

Sebagaimana di kota dunia yang mempunyai nilai sustainability tinggi, perluasan jaringan transportasi publik berbasis rel di Jakarta harus dapat mencakup ke berbagai penjuru pusat kegiatan perekonomian dan sosial kota. Semakin meluas jaringan transportasi publik yang tersedia, dan terintegrasi antarmoda dengan nyaman, akan menarik semakin banyak masyarakat Buat memanfaatkan.

Kalau sistem itu Tetap terbatas dan Enggak mempunyai konektivitas terpadu antarmoda yang nyaman, masyarakat Niscaya enggan memilih transportasi publik itu. Mereka akan Lalu menggunakan kendaraan bermotor pribadi.

Perluasan dan pengelolaan sistem jaringan transportasi rel dalam kota seperti itu perlu dilakukan segera, dengan dukungan sistem KPBU (kerja sama pemerintah dengan badan usaha), yang dapat meringankan beban anggaran pemerintah dan sekaligus memberi ruang dunia usaha Buat maju Berbarengan-sama.

Investasi awal mungkin saja cukup mahal, tapi selanjutnya akan tertutup dengan semakin banyaknya masyarakat dari Segala lapisan sosial yang memanfaatkannya dan peningkatan pendapatan dari pengelolaan bisnis di Sekeliling stasiun. Kita mendambakan Kota Jakarta yang berkelas dunia, mempunyai kualitas udara Bersih dan sekaligus punya sistem jaringan transportasi publik yang Bagus, agar Jakarta menjadi nyaman dihuni generasi masa kini dan masa depan.

Mungkin Anda Menyukai