Survei Mayoritas Kaum Taiwan Sedia Melawan Invasi Tiongkok

Survei: Mayoritas Warga Taiwan Sedia Melawan Invasi Tiongkok
Acara konferensi pers di Institute for National Defense and Security Research.(Taipei Times)

SEBAGIAN besar warga Taiwan bersedia membela negaranya dari serangan Tiongkok, tetapi mayoritas juga percaya Beijing tidak mungkin melakukan invasi dalam lima tahun ke depan.

Hal itu diketahui dari hasil sebuah jajak pendapat yang dirilis kemarin menjelang Hari Nasional Double Ten dan saat Presiden William Lai akan menyampaikan pidato.

Telaah pendapat yang dilakukan bulan lalu tersebut ditugaskan oleh Institute for National Defense and Security Research, sebuah lembaga pemikir yang berbasis di Taipei.

Tiongkok mempertahankan kehadiran militer hampir setiap hari di sekitar Taiwan dan telah mengadakan tiga putaran latihan perang dalam dua tahun terakhir. Langkah ini membuat hubungan lintas selat memanas.

Direktur Badan Intelijen Pusat (CIA) William Burns tahun lalu mengatakan bahwa Presiden Tiongkok Xi Jinping telah memerintahkan militernya untuk siap melakukan invasi yang berhasil ke Taiwan pada 2027.

Cek Artikel:  AS Konfirmasi Kasus Flu Burung Pertama pada Orang Tanpa Terpapar Hewan

Apabila terjadi serangan Tiongkok, 67,8% dari 1.214 orang yang disurvei mengatakan bahwa mereka akan sangat bersedia atau agak bersedia untuk berperang demi membela Taiwan, sementara 23,6% mengatakan tidak akan bersedia.

Nyaris 64% responden menyebut ‘ambisi teritorial’ Tiongkok sebagai ancaman serius. Tetapi, 61% percaya bahwa Tiongkok tidak mungkin melancarkan serangan dalam lima tahun ke depan, survei tersebut menunjukkan.

Kepala eksekutif Institute for National Defense and Security Research Lee Wen-chung mengatakan bahwa garis waktu 2027 untuk potensi invasi Tiongkok didasarkan pada kapan Xi mungkin mencalonkan diri lagi untuk masa jabatan keempat.

“Agar berhasil memperoleh kekuasaan pemerintahan untuk keempat kalinya pada tahun 2027, ia mungkin akan mengambil langkah-langkah yang relatif keras,” kata Lee.

Selain itu, lebih dari 52% responden percaya bahwa Amerika Serkat, sekutu utama Taiwan dan penyedia senjata terbesar, akan mengirim pasukan untuk membantu mempertahankan Taiwan dari invasi Tiongkok, survei tersebut menunjukkan. Tetapi, hanya sekitar 40% yang berpikir Washington akan mengerahkan angkatan lautnya ‘untuk mematahkan’ blokade Tiongkok terhadap Taiwan, survei tersebut menunjukkan.

Cek Artikel:  Demonstrasi Mahasiswa di Indonesia jadi Perhatian Dunia

Kurangnya kepercayaan publik terhadap AS yang secara langsung campur tangan dalam perang antara Taiwan dan Tiongkok dapat dikaitkan dengan kebijakan ambiguitas strategis Washington yang sudah berlangsung lama, kata Lee.

Meskipun Presiden AS Joe Biden telah mengatakan pada lima kesempatan bahwa AS akan membela atau membela Taiwan secara bersyarat jika terjadi serangan, Departemen Luar Negeri AS mengeluarkan pernyataan yang meredam komentar Biden hampir setiap saat, katanya.

Wakil Presiden AS Kamala Harris, kandidat presiden dari Partai Demokrat, mengatakan dalam sebuah wawancara baru-baru ini bahwa Washington “tidak boleh mencari konflik” dengan Tiongkok dan menolak mengatakan apakah AS akan menggunakan kekuatan militer untuk mendukung Taiwan jika Tiongkok menyerang.

Cek Artikel:  Inggris, dari Kekaisaran hingga Monarki Konstitusional dan Sains

Asisten peneliti di Institute for National Defense and Security Research Lee Kuan-cheng mengatakan hal ini menunjukkan bahwa Taiwan harus terus mendorong reformasi pertahanan nasionalnya, termasuk meningkatkan kemampuan tempur angkatan bersenjata.

Taiwan juga harus terus menyediakan pendidikan pertahanan nasional bagi seluruh masyarakat, melibatkan publik dalam urusan yang berkaitan dengan pertahanan nasional, dan meningkatkan transparansi tentang apa yang dilakukan militer, yang dapat mencakup merilis lebih banyak detail tentang latihan militer, katanya.

Survei tersebut dilakukan oleh National Chengchi University’s Election Study Center dari 11 hingga 16 September melalui telepon rumah dan telepon seluler. Survei tersebut mengumpulkan 1.214 sampel valid di antara orang-orang berusia 18 tahun atau lebih, dengan nilai keyakinan 95% dan margin kesalahan 2,81%. (Taipei Times/B-3)

 

Mungkin Anda Menyukai