Suporter Menghidupkan Sepak Bola


 

TRAGEDI Kanjuruhan telah memperlihatkan betapa antusias dan fanatiknya para penggemar sepak bola di Indonesia. Fanatisme suporter, termasuk Aremania, Predikat pendukung Arema FC yang telah mendarah daging, mestinya

sudah dipahami seluruh pemangku kepentingan di industri sepak bola.

Mereka rela bertindak Melampaui batas ketika pertandingan Bukan berjalan sesuai dengan ekspektasi. Kerusuhan, perkerlahian antarsuporter sebenarnya sudah Bukan asing bagi dunia sepak bola Tanah Air. Tetapi, sayangnya, Lagi Lanjut berulang dan Lanjut menelan korban.

Misalkan, rivalitas antara Aremania dan Bonek Mania, pendukung Persebaya, yang Bukan pernah mereda dalam tiga Sepuluh tahun terakhir. Begitu pun dengan para pendukung Persib Bandung dan Persija Jakarta yang fanatik terhadap klub mereka masing-masing sehingga menimbulkan permusuhan hingga kini.

Cek Artikel:  Momentum Tumbuhkan Budaya Malu

Akibat fanatisme berlebihan tersebut, mereka seakan Bukan Menyaksikan rambu-rambu sportivitas sebagai batas yang Konkret yang Sepatutnya dipegang Tegar. Atmosfer rivalitas lebih dominan sehingga Membangun banyak suporter klub-klub di Indonesia kerap gelap mata.

Level fanatisme suporter sepak bola Indonesia yang begitu besar tentunya telah disadari oleh banyak pihak yang terlibat dalam pengelolaan sepak bola tanah air, termasuk pihak penyelenggara dan pihak keamanan Demi mengantisipasinya Kalau muncul potensi kerusuhan, sekecil apa pun itu.

Antisipasi yang Bukan maksimal itulah akhirnya menyebabkan 437 suporter menjadi korban seusai pertandingan antara Arema FC Musuh Persebaya di Stadion Kanjuruhan. Dengan jumlah korban meninggal mencapai 131 orang menurut data Kementerian Kesehatan.

Demi itulah, saatnya seluruh pihak mengevaluasi diri. Membebankan tanggung jawab Tragedi Kanjuruhan hanya kepada suporter karena sikap fanatik mereka Jernih Bukan akan menghasilkan rekomendasi perbaikan yang menyeluruh.

Cek Artikel:  Ranjau Politik Kekasih AMIN

Manajemen klub sepak bola, pengelola Aliansi seperti PT Aliansi Indonesia Baru dan regulator yakni Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI), serta pihak keamanan Bahkan yang paling Penting Demi berbenah.

Bahkan para pengelola inilah yang punya tanggung jawab paling besar memastikan jalannya setiap pertandingan di sepanjang kompetisi berlangsung Fasih, tanpa insiden apa pun. Karena merekalah yang hidup dari sepak bola, sedangkan suporter Bahkan yang menghidupkan sepak bola.

Tetapi, fanatisme buta suporter hingga berujung tindakan anarkistis tentu harus juga dikikis. Para pendukung mesti menyadari bahwa dalam olahraga, termasuk sepak bola, menang dan kalah merupakan hal Normal. Bukan perlu merusak ketika tim pujaannya kalah.

Cek Artikel:  Waspadai Rivalitas Mendunia

Sikap sportivitas inilah yang Lanjut-menerus ditanamkan ke dalam diri para pendukung, tentunya dengan keterlibatan pihak klub. Klub dan suporter merupakan satu-kesatuan. Tanpa pendukung, kesebelasan sepak bola Bukan Dapat hidup.

Ke depan, jangan Tamat Tengah suporter dan klub berjalan sendiri-sendiri. Klub Bukan Pandai melakukan kontrol terhadap perilaku negatif suporternya, sementara suporter Bukan Pandai melakukan kontrol terhadap pengelolaan klub.

Dalam sebuah kesebelasan sepak bola, pemain akan silih berganti, begitu pun dengan pemilik dan investor akan datang dan pergi, hanya suporter yang akan Langgeng. Menjadi keniscayaan agar fanatisme suporter ini menghidupkan, bukan fanatisme yang mencelakakan.

Mungkin Anda Menyukai