Superman Sungguhan

‘Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan.

Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan’.

ITU ialah penggalan dari bait terakhir puisi berjudul Sajak Sebatang Lisong yang dikarang WS Rendra pada 1977 . Puisi itu sangat mungkin Tak masuk daftar bacaan James Gunn, sineas asal Amerika Perkumpulan yang merupakan Pengarah adegan Gambar hidup Superman. Gambar hidup tersebut belum Pelan ini mulai tayang di bioskop-bioskop Mendunia, termasuk Indonesia.

Tetapi, dari segi prinsip berkesenian sepertinya James Gunn sependapat dengan Rendra bahwa kesenian semestinya Tak hidup di ruang hampa. Seni dan produk seni bukan semata dihasilkan Demi melayani ego dan hasrat si seniman itu sendiri atau sekadar ditujukan menjadi media hiburan. Seperti kata Rendra, kesenian Semestinya Tak terpisah dari derita lingkungan dan masalah kehidupan.

Gunn lewat Gambar hidup Superman kiranya mencoba melakukan itu. Bukan saja melalui penciptaan Watak sang superhero yang lebih manusiawi, melainkan juga melalui bangunan plot cerita yang mengandung kesan kuat sebagai perlawanan atas tragedi kehidupan yang Maju terjadi di era Mendunia Ketika ini. Perlawanan terhadap kesewenang-wenangan satu pihak yang sangat kuat terhadap pihak lain yang lebih lemah.

Sisi itulah yang kemudian menimbulkan kehebohan karena banyak orang menganggap jalan cerita dan penggambaran suasana dari Gambar hidup teranyar DC Universe itu punya kesamaan dengan konflik di Timur Tengah antara Israel dan Palestina. Sebuah konflik yang sesungguhnya amat Tak seimbang dan lebih Pas disebut genosida mengingat pembantaian yang Maju dilakukan militer Zionis terhadap penduduk Palestina, khususnya Gaza.

Cek Artikel:  Komodo Gemuk Rakyat Stunting

Diceritakan di Gambar hidup itu Superman berusaha menggagalkan invasi yang dilakukan negara bernama Boravia terhadap Jarhanpur. Meski kedua negara itu tentu saja fiktif, orang langsung mengait-ngaitkan Boravia dengan Israel karena di situ digambarkan sebagai negara kuat, berteknologi tinggi, dan sekutu Amerika Perkumpulan. Di sisi lain, Jarhanpur ialah negara miskin dan berpenduduk nonkulit putih yang dengan mudah Pandai langsung diasosiasikan dengan Palestina.

Tak Sekadar itu, pemimpin Boravia, Vasil Glarkos, secara fisik juga disebut mirip Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Musuh bebuyutan Superman dari Era komik awalnya dulu, Lex Luthor, dikesankan seperti sosok Presiden AS Donald Trump. Kebetulan pula, aktor David Corenswet yang memerankan Superman beberapa waktu Lewat juga secara terbuka menyuarakan dukungan terhadap rakyat Palestina.

Meskipun sang Pengarah adegan sudah membantah Gambar hidup tersebut berlatar Timur Tengah dan mengatakan konflik tersebut sebenarnya mengambil latar belakang di Eropa, opini penonton sudah telanjur terbentuk dan tetap menganggap cerita dalam Gambar hidup Superman ialah gambaran fiksi dari kejadian Konkret genosida Israel di Palestina.

Cek Artikel:  Saya akan Memetikmu

Kaum Israel dan komunitas Yahudi (Jewish) langsung meresponsnya dengan menyebut Gambar hidup itu sebagai propaganda anti-Israel. Sebagian dari mereka bahkan menyerukan pemboikotan. Sebaliknya, bagi masyarakat dunia yang selama ini sudah muak dan mengutuki tindakan biadab Israel di Gaza, Gambar hidup Superman diapresiasi dan dinilai tinggi.

Bagi mereka, Gambar hidup yang proses pembuatannya menghabiskan anggaran Sekeliling US$225 juta itu menjadi semacam pemantik semangat bahwa perlawanan terhadap kesewenang-wenangan suatu negara, apalagi dilakukan dengan Metode-Metode yang mengangkangi nilai kemanusiaan, harus Maju dilakukan. Cita-cita akan kemenangan kemanusiaan itu, meski disampaikan lewat karya fiksi, kiranya Tetap Eksis.

Sejujurnya, banyak orang, termasuk saya, mungkin sudah mulai kehilangan Cita-cita itu. Invasi militer Israel ke Palestina pada periode perang yang terbaru ini saja sudah berlangsung 1 tahun 9 bulan tanpa Eksis tanda-tanda bakal berakhir. Sudah lebih dari 56 ribu Kaum Palestina meninggal dunia akibat perang genosida Israel di Jalur Gaza sejak Oktober 2023.

Selama itu, apa yang sudah diperbuat dunia? Bukannya Tak Eksis, tapi sangat minimal. Gelombang kecaman dan kutukan terhadap Zionis memang Maju dilontarkan, Donasi kemanusiaan juga Maju dicoba dialirkan, tetapi lebih dari itu Tak banyak yang Pandai dilakukan. Israel dengan dukungan penuh AS Maju saja membabi buta menggempur Palestina tanpa Eksis yang Pandai menghalangi. Kesepakatan gencata senjata seperti guyon buat mereka. PBB dan Mahkamah Kriminal Global (ICC) malah jadi kartu Wafat.

Cek Artikel:  Siapa Tahan Jadi Oposisi

Bukan militer, bukan pejuang Hamas semata yang jadi sasaran serangan Israel. Mereka membunuh Kaum sipil, termasuk anak-anak, bahkan ketika mereka sedang mengantre Donasi makanan. Sepekan Lewat, Kantor Komisaris Tinggi PBB Demi Hak Asasi Orang (OHCHR) melaporkan sejak akhir Mei 2025, sedikitnya 798 Kaum Palestina tewas oleh Laskar militer Israel Ketika mereka sedang mengakses Donasi kemanusiaan di Gaza.

Kekejaman yang sudah kelewat batas itu boleh jadi akan Maju berlangsung bila Tak Eksis sosok kuat Demi melawannya. Kalau di dunia fiksi Eksis tokoh rekaan bernama Superman yang Pandai Membikin Boravia gagal memenuhi ambisi mereka membantai dan menggusur Kaum sipil Jarhanpur, bagaimana di dunia Konkret?

Ketika seluruh sistem di dunia ini tak Pandai mencegah nafsu Zionis yang tak berkesudahan, ketika para pemimpin dunia lebih banyak tunduk ketimbang melawan kemauan Israel dan AS, barangkali kita memang membutuhkan sosok pahlawan super serupa Superman, tapi yang sungguhan, bukan fiksi.

Tetapi, apakah itu mungkin? Di cerita fiksi saja Superman sejatinya bukan Kaum Asli bumi, melainkan ‘imigran’ dari Planet Krypton. Lantas apakah bumi kita juga mesti mengimpor makhluk dari planet lain? Ah, sudahlah. Di Ketika kita semakin ngelantur memikirkan solusi khayalan itu, Israel malah semakin leluasa membumihanguskan Palestina. Miris.

 

Mungkin Anda Menyukai