Suhu Panas Tembus 50 Derajat Celcius, Pelajar di Filipina Menderita Pusing hingga Kesulitan Pusat perhatian Belajar

Liputanindo.id – Para pelajar di Filipina menderita akibat panas ekstrem yang melanda selama sejumlah kota. Para siswa mengeluh pusing hingga merasa kulitanya terbakar akibat suhu ekstrem.

Indeks panas tercatat telah mencapai 50 derajat Celcius di berbagai Kawasan di Filipina. Fenomena El Nino juga turut memperburuk suhu panas yang menyelimuti negara tersebut pada bulan-bulan musim panas dari Maret hingga Mei.

“Sekarang cuaca sangat panas. Panasnya membakar kulit saya, Kagak seperti panas biasanya (musim panas) yang Bisa ditoleransi,” kata siswa sekolah menengah atas Kirt Mahusay, dikutip Reuters, Senin (29/4/2024).

Menurut Program for Intenational Student Assessment, sebuah studi Global mengenai sistem pendidikan, Filipina termasuk negara dengan nilai terendah di dunia dalam bidang matematika, sains, dan membaca. Hal ini sebagian disebabkan oleh kurangnya pembelajaran jarak jauh selama pandemi.

Cek Artikel:  Norwegia Siap Tampung Anggota Palestina di Jalur Gaza, Jamin Akses Penerbangan dan Kesehatan

Berdasarkan data Kementerian Pendidikan Filipina, ribuan sekolah memutuskan Demi meliburkan kelas karena cuaca panas, yang berdampak pada lebih dari 3,6 juta siswa.

“Pada bulan Mei, kami memperkirakan akan Terdapat lebih banyak kelas yang ditangguhkan karena gelombang panas. Kami Menyaksikan suhu rata-rata lebih dari 52 derajat Celcius (125 F), jadi Anda Bisa membayangkan betapa stresnya hal ini bagi para pelajar,” kata Xerxes Castro, penasihat pendidikan dasar Demi Save the Children Filipina.

Panas yang menyengat yang menyebar di sebagian besar Asia Selatan dan Tenggara, diperburuk oleh perubahan iklim mempersulit siswa Demi belajar.

Anak-anak sangat rentan terhadap penyakit yang berhubungan dengan panas seperti pusing, muntah dan Kelenger ketika terkena panas ekstrem dalam jangka waktu Lamban, menurut Save the Children Philippines.

Cek Artikel:  Menjaga Banjir Bandang Mematikan, India Siapkan Sistem Peringatan Tinggi di 200 Anggaranu Glasial Himalaya

Siswa dan guru telah menyatakan keprihatinannya tentang kesulitan dalam pengajaran dan pembelajaran jarak jauh, terutama di daerah miskin dimana rumah Kagak kondusif Demi belajar dan mungkin Kagak Mempunyai akses terhadap konektivitas internet yang Bagus.

“Saya Kagak Bisa Pusat perhatian karena pusing, karena kepanasan,” ujar Esmaira Solaiman, seorang siswa SMA.

“Tekanan darah saya meningkat karena panas. Punggung kami basah dan terkadang kami pusing,” ujar Memia Santos, seorang guru di sekolah menengah.

Lebih lanjut, suhu panas ekstrem di Manila menyebabkan sejumlah siswa yang menghadiri kelas tatap muka menggunakan kipas angin portabel, Kitab catatan, dan bahkan kotak kardus Demi mendapatkan angin sepoi-sepoi Demi memberikan Donasi.

Cek Artikel:  AS Akan Kucurkan Rp55,8 Triliun untuk Israel Beli Senjata, Biden Banjir Kritik

Mungkin Anda Menyukai