Stres Pengaruhi Kesehatan Jiwa Pekerja

Stres Pengaruhi Kesehatan Jiwa Pekerja
Ilustrasi(Shutterstock)

Kementerian Ketenagakerjaan mengungkapkan, berdasarkan data Labour Organization (ILO), stres kerja merupakan hal berisiko bagi keselamatan dan kesehatan pekerja. Stres kerja bisa muncul karena pekerjaan dilakukan melebihi kemampuan dan kapasitas pekerja secara terus-menerus. 

Laporan The Health and Safety Executive (HSE) pada 2023 juga melaporkan sebanyak 875 ribu kasus stress, depresi dan kecemasan.

“Penelitian menunjukkan tekanan kerja, tuntutan tinggi, dan keseimbangan antara kehidupan kerja dan pribadi dapat mempengaruhi kesehatan jiwa pekerja,” kata Karo Humas Kemnaker Sunardi Manampiar Sinaga melalui keterangan tertulis, Minggu (13/10). 

Baca juga : Ini Krusialnya Praktik Mindfulness untuk Hindari Stress di Tempat Kerja

Data Indonesia.id berdasarkan penelitian survei Gallup di negara Asia Tenggara pada 2021 hingga akhir Maret 2022, sebanyak 20% dari 1.000 responden merasa stress ketika berada di tempat kerja. 

Cek Artikel:  Hindari Downtime, ExxonMobil Kenalkan Pelumasan Tertentu Industri Pertambangan

“Stres kerja yang kronis dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan jiwa, seperti kecemasan dan depresi,” kata Sunardi.

Dia menambahkan Kemnaker akan selalu memperkuat komitmen untuk menjaga mental health (kondisi kesehatan) para pekerja agar tetap terjaga dan tak mengalami depresi. Karena pekerja yang mengalami depresi akan mengganggu produktivitas. “Tak ada gunanya bekerja, jika mental terganggu karena akan merusak yang lainnya,” ujarnya.

Baca juga : Ini Pertolongan yang Pandai Anda Berikan Apabila Eksis Rekan Kerja yang Stres

Sunardi menekankan perlunya perhatian pimpinan dari setiap unit perusahaan maupun organisasi pemerintah terhadap staf pekerjanya sebab para staf memiliki beban pikiran yang berbeda-beda dalam setiap kehidupan sosialnya.

Cek Artikel:  Rencana Pemutihan Utang akan Untungkan UMKM, Tapi Perbankan Perlu Hati-hati

“Bahkan jika ditambah beban kerja tanpa pendekatan emosional akan berdampak pada mental health dan ujungnya akan mengganggu produktivaitas,” kata Sunardi. 

Menurutnya para pimpinan perusahaan maupun organisasi pemerintah juga harus bisa menjadi orang tua di tempat kerja, menjadi tempat curhat, dan tempat bertanya hingga memberikan nasihat kepada staf/pekerjanya.

“Kepada mengatasi mental health saat ini, tak bisa lagi para pemimpin lepas tangan dan harus peka terhadap jajarannya.  Spesifiknya yang mengalami perubahan sikap, perilaku serta tutur kata yang mengarah pada masalah kejiwaan dan jangan sampai pekerja mengalami stress,” pungkas Sunardi. (Z-11)

Mungkin Anda Menyukai