Strategi Dekarbonisasi Otomotif Indonesia

Strategi Dekarbonisasi Otomotif Indonesia
(DOK PT TMIM)

CYRILLUS Harinowo, seorang bankir dan Spesialis moneter, menulis Kitab Multi-pathway for Car Electrification Kepada menawarkan perspektif berbeda tentang upaya dekarbonisasi di sektor otomotif. 

Kitab ini memberikan pandangan lain terkait anggapan bahwa mobil listrik (BEV) bukanlah solusi tunggal dalam mengurangi emisi karbon, terutama di Indonesia.

LATAR BELAKANG PENULISAN Kitab

Cyrillus terinspirasi oleh pernyataan Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson, pada 2020, yang mengumumkan rencana Kepada melarang mobil konvensional pada 2030 dan hanya memperbolehkan mobil listrik. 

Cyrillus mengkhawatirkan bahwa kebijakan seperti ini belum sepenuhnya dipahami masyarakat Indonesia, sementara Indonesia sendiri Lagi menghadapi banyak tantangan Kepada beralih ke mobil listrik, seperti ketergantungan pada Kekuatan fosil Kepada menghasilkan listrik hingga kondisi infrastruktur yang belum sepenuhnya memadai.

Cek Artikel:  Reiterberger Bawa BMW Tercepat H-1 #BuriramTest ASB1000 ARRC 2023 . . Andi Gilang P5

Dalam bukunya, Cyrillus menawarkan solusi alternatif, dengan menyoroti teknologi otomotif ramah lingkungan selain mobil listrik, seperti mobil Hybrid Electric Vehicle (HEV), plug-in hybrid (PHEV), dan kendaraan berbahan bakar alternatif lainnya seperti biofuel.

PANDANGAN TERHADAP DEKARBONISASI

Cyrillus menyoroti bahwa meskipun penggunaan mobil listrik dianggap sebagai solusi Penting Kepada mengurangi emisi karbon, faktanya pembangkit listrik yang digunakan Kepada mengisi daya kendaraan listrik sebagian besar Lagi bergantung pada bahan bakar fosil. 

Di Indonesia, Sekeliling 80% dari sumber listrik Lagi berasal dari pembangkit berbahan bakar fosil. Hal ini Membikin mobil listrik yang dianggap sebagai kendaraan ramah lingkungan tetap menghasilkan emisi karbon yang signifikan selama proses pengisian daya.

Cek Artikel:  Penjualan Letih 16 Ribu Unit Mobil, SEVA Cetak GMV Senilai Rp 8,4 Triliun

Cyrillus juga menekankan bahwa transisi Dunia menuju mobil listrik, meskipun positif, Kagak dapat diimplementasikan secara langsung di negara berkembang seperti Indonesia. Elemen seperti keterbatasan infrastruktur pengisian baterai dan kebutuhan Kepada mengurangi emisi gas rumah kaca Membikin solusi lain seperti kendaraan Hybrid Electric Vehicle (HEV) dan plug-in hybrid (PHEV) menjadi pilihan yang lebih realistis Kepada transisi bertahap.

Kesempatan BAGI INDONESIA

Menurut Cyrillus Indonesia dapat meniru langkah Brasil, yang telah sukses mengurangi emisi karbon dari sektor transportasi melalui penggunaan bioetanol sebagai bahan bakar kendaraan, yang dihasilkan dari industri gula negara tersebut. Selain itu Indonesia dapat memanfaatkan cadangan nikel Kepada produksi baterai kendaraan listrik dan kendaraan hybrid. Hal ini membuka Kesempatan bagi Indonesia Kepada mengembangkan industri kendaraan ramah lingkungan secara lebih inklusif.

Cek Artikel:  BMW Motorrad Kembangkan Kopling Mekanis 'Automated Shift Assistance'

Cyrillus menegaskan bahwa mobil non-listrik yang ramah lingkungan, seperti mobil hybrid dan kendaraan berbahan bakar biofuel, dapat menjadi pilihan yang lebih efektif Kepada memenuhi Sasaran NDC 2030, meskipun ide ini mungkin bertentangan dengan kebijakan Dunia yang lebih menekankan pada elektrifikasi.

Kitab ini menjadi pengingat bahwa transisi menuju kendaraan ramah lingkungan harus dipertimbangkan secara komprehensif, dengan memperhitungkan Elemen ekonomi, teknologi, dan kebijakan yang relevan di masing-masing negara. (S-1)

Mungkin Anda Menyukai