Sound Horeg Bikin Polemik, Rupanya Bisa Sebabkan Masalah Pendengaran

Liputanindo.id – Dokter Spesialis Telinga Hidung Tenggorokan dr. Luthfi Ari Wibowo, Sp.THT-KL membagikan tips yang harus dilakukan apabila terpapar Bunyi yang keras–terutama Demi lansia dan bayi. Paparan Bunyi keras ini juga termasuk dari sound horeg yang juga Mempunyai Bunyi keras.

“Apabila sudah terlanjur terpapar terutama pada lansia atau bayi, langkah pertama yang Bisa dilakukan adalah dengan menutup telinganya, minimal Mengenakan jari atau Mengenakan earplug yang lebih proper,” kata Luthfi, dikutip Antara, Sabtu (26/7/2025).

Luthfi mengatakan paparan Bunyi yang sangat keras seperti dari speaker sound horeg Bisa langsung merusak sel-sel rambut halus di koklea atau rumah siput.

Koklea berfungsi sebagai pengatur penerimaan Bunyi, Apabila terpapar Bunyi yang sangat keras, ia mengibaratkan seperti mendengar Bunyi ledakan dari jarak dekat atau setara dengan lebih dari 120 desibel.

Cek Artikel:  Belajar dari Kasus Selebgram Asal Medan, Begini Risiko dan Dampak Samping Sedot Lemak

Luthfi menjelaskan Bunyi keras Bisa menyebabkan trauma akustik yang akut yang disertai dengan nyeri, telinga berdenging atau tinitus, hingga pengurangan pendengaran mendadak.

“Ini biasanya irreversible (Kagak Bisa dikembalikan) fungsinya terutama bila intensitasnya sangat tinggi dan tanpa pelindung telinga,” kata Luthfi.

Lampau, kata Luthfi, ia menyarankan sebaiknya menjauhkan diri dari area sumber Bunyi yang keras sejauh satu Tiba dua meter Demi menurunkan intensitas Bunyi secara signifikan.

Ia menjelaskan, paparan Bunyi keras dalam waktu Lamban seperti pada konser, mendengar sound horeg dari jarak dekat atau berada di klub malam lebih dari dua jam, dengan intensitas Bunyi yang dihasilkan setara Sekeliling 90-110 desibel Bisa menyebabkan pendengaran terasa berkurang sementara dan berdenging (tinitus).

Cek Artikel:  Pengidap Diabetes Berisiko Tinggi Disarankan Tak Berpuasa, Dapat Mengancam

Apabila dilakukan secara berulang efeknya Bisa menjadi permanen, menyebabkan menurunnya ambang dengar seseorang seiring dengan waktu. Ia juga mengatakan Apabila Eksis bayi di area tersebut, segera jauhkan dari Posisi, atau Apabila memungkinkan Bisa memakai penutup telinga seperti earplug atau eramuffs Demi bayi.

“Setelah paparan (sound horeg) muncul gejalanya seperti denging, rasa penuh, pengurangan pendengaran muncul setelah mendengar itu langsung konsul ke dokter THT,” saran Luthfi.

Beberapa di antara tanda jangka panjang dari paparan Bunyi keras secara Lanjut menerus antara lain telinga berdenging Demi waktu yang Lamban dan kesulitan memahami percakapan terutama di lingkungan bising.

Selain itu Eksis gangguang keseimbangan Apabila muncul kerusakan di area pusat keseimbangan telinga atau di Vestibular. Luthfi juga menekankan Akibat ini sifatnya progresif dan Kagak Bisa dikembalikan, karena sel rambut koklea Kagak Bisa beregenerasi sendiri.

Cek Artikel:  Dukung Tradisi Mudik Lebaran 2025, BookCabin Tawarkan Promo Spesial, Ini Detailnya

Mungkin Anda Menyukai