Sosok Buru-Buru

DALAM artikel yang diterbitkan pada November 2023, surat Berita bisnis yang berbasis di Inggris, Financial Times, pernah menjuluki Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebagai ‘a man in a hurry’. Terjemahan bebasnya mungkin ‘pria yang diburu waktu’ atau ‘Sosok buru-buru’.

Julukan itu terutama merujuk kepada proyek paling ambisius Jokowi, Yakni pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara di Kalimantan Timur. Dicanangkan pada Maret 2022, IKN diproyeksikan dapat menggantikan Jakarta sebagai Ibu Kota Negara Indonesia sebelum Jokowi lengser dari jabatannya pada Oktober 2024.

Karena itulah, IKN dikebut pada waktu-waktu akhir pemerintahannya demi menuntaskan rencana tersebut. Jokowi sangat tampak terburu-buru. Ia seakan Ingin membuktikan bahwa ia Pandai mengubah ambisi dan obsesinya tersebut menjadi legacy. Segala kritik atas keterburu-buruan itu tak ia acuhkan. Ia jalan Lanjut demi menyelesaikan targetnya yang ambisius.

Baca juga : Jadi Mantan Presiden, Lezat?

Kenyataannya, kita sama-sama Mengerti, Tiba hari ini ibu kota belum berpindah. Keputusan presiden (kepperes) yang mengesahkan pemindahan ibu kota dari Jakarta ke IKN belum diteken. Belakangan, Jokowi malah mempersilakan presiden terpilih Prabowo Subianto Demi menandatangani keppres tersebut setelah nanti dilantik.

Di atas kertas belum tuntas, di lapangan pun sama. Penyediaan infrastruktur dan fasilitas pendukung kehidupan masyarakat yang nantinya bakal tinggal di ibu kota baru Tetap jauh dari kata siap. Barangkali bangunan-bangunan ikonik seperti istana dan taman kota saja yang sudah Pandai difungsikan 100%. Selebihnya Tetap proses.

Cek Artikel:  Sok Gaya Kaya

Itu terbukti dari kembali molornya rencana pemindahan aparatur sipil negara (ASN) ke IKN. Awalnya mereka bakal dipindah September 2024, Lampau diundur ke Oktober 2024. Tetapi, rencana itu mentah Tengah, terakhir dijanjikan ASN akan dipindah pada Januari 2025. Entahlah, apakah rencana itu akan Benar waktu atau malah molor Tengah, kita tunggu saja.

Baca juga : Sean Gelael Optimistis Raih Podium di Sao Paolo

Sejujurnya, proyek IKN hanyalah satu Teladan keterburu-buruan Jokowi demi mengejar ambisi. Di bidang lain, politik, misalnya, pria dengan nama kecil Mulyono itu juga kerap bertindak buru-buru meski berulang kali pula dia melontarkan kalimat ‘ojo kesusu’ (jangan terburu-buru, jangan tergesa-gesa) Begitu bicara soal keputusan-keputusan politiknya.

Ambivalensi semacam itu memang sering kita lihat dari sosok Jokowi. Bibirnya mengucap A, yang ia lakukan B. Mulutnya kerap bicara ‘ojo kesusu’, tapi langkahnya begitu ‘kesusu’. Tiba-Tiba muncul guyonan sarkas di kalangan netizen media sosial tentang sikap Pak Presiden itu: ‘dengarkan apa yang dikatakan Jokowi, Lampau lihat sebaliknya’.

Sikap buru-buru Jokowi dalam politik sudah terlihat sejak ia menjabat Wali Kota Solo pada periode kedua (2010-2015). Ia yang memenangi Pilkada Surakarta 2010 dengan amat telak (Berbarengan wakilnya, FX Hadi Rudyatmo, meraup Bunyi 90,09%), nyatanya tak tahan godaan Demi buru-buru naik kelas. Pada 2012, tiba-tiba ia sudah berada di Jakarta Demi berlaga sebagai calon gubernur pada Pilkada DKI Jakarta.

Cek Artikel:  Ampun Enggan, Mundur tak Hendak

Baca juga : SDN 085 Ciumbuleuit dan SDN 043 Cimuncang Raih Podium Teratas

Kisah pun berulang, baru dua tahun menjadi Gubernur DKI Jakarta, Jokowi kembali buru-buru Ingin menjajal Pentas kekuasaan yang lebih besar. Ia maju menjadi calon presiden berpasangan dengan Jusuf Kalla sebagai cawapres pada Pilpres 2014. Hasilnya, ia menang dan menjadi Presiden ke-7 RI meski dengan membawa sejumlah janji kepada publik Jakarta yang belum ia tuntaskan.

Begitu menjadi Presiden, sifat buru-buru Jokowi mulai muncul Tengah pada periode keduanya. Kali ini bukan semata Demi dirinya, melainkan juga Demi keluarganya. Baru satu tahun setelah ia memenangi Pilpres 2019, Jokowi sudah buru-buru menyorongkan anak dan menantunya ikut berlaga dalam Pilkada 2020. Gibran Rakabuming di Solo dan Bobby Nasution di Medan.

Tak Tiba empat tahun kemudian, langkah mereka berlanjut. Jokowi tak sabar pengin Segera-Segera Meningkatkan kelas keduanya. Gibran ‘dibawanya’ menjadi calon wakil presiden mendampingi Prabowo, sedangkan Bobby disokong menjadi calon gubernur Sumatra Utara. “Pokoknya main Segera mumpung bapak Tetap menjabat,” begitu anekdot yang kerap kita dengar.

Cek Artikel:  Akhir Kiprah Lili

Baca juga : Semangat Juang Jadi Modal bagi Nizar Raih Podium Bali Trail Run Ultra 2024

Belakangan, anak bungsunya yang belum matang juga buru-buru ia dorong ke Pentas politik nasional. Kaesang Pangarep awalnya ‘dititipkan’ ke PSI, Lampau digadang-gadang Pandai ikut Pilkada 2024. Niat terakhirnya itu akhirnya pupus karena perlawanan rakyat.

Jokowi juga menjadi ‘Sosok buru-buru’ dalam konteks pembentukan aturan perundang-undangan, khususnya yang berkaitan atau yang memberi keuntungan pada kepentingan dia dan kroni. UU Nomor 11/2020 tentang Cipta Kerja dan UU No 3/2022 tentang Ibu Kota Negara (IKN) ialah sedikit Teladan regulasi yang diproduksi secara tergesa-gesa ala Jokowi.

Di dunia medis, Terdapat istilah hurry sickness yang didefinisikan sebagai kondisi gangguan psikologis ketika seseorang selalu merasa tergesa-gesa atau Bukan sabar Ingin segera menyelesaikan setiap hal yang tengah dilakukannya. Gejalanya, sih, mirip seperti yang dilakukan Jokowi, suka terburu-buru, serbacepat, dan Ingin Segera pula selesai.

Tetapi, kiranya menyembuhkan orang dengan gejala medis hurry sickness akan lebih mudah ketimbang menyembuhkan perilaku elite yang suka tergesa-gesa dalam mengejar ambisi atau memanjat kekuasaan. Apalagi kalau dalam ketergesa-gesaan itu mereka juga menihilkan etika. Sulit.

Mungkin Anda Menyukai