Liputanindo.id – Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menanggapi rencana Presiden Palestina Mahmoud Abbas yang memiliki niat untuk berkunjung ke Gaza secara langsung. PBB menekankan pihaknya tidak mungkin menyediakan keamanan untuk kunjungan tersebut.
Juru bicara PBB mengatakan bahwa permintaan Abbas soal jaminan keamanan saat berkunjung ke Gaza tidak mungkin terwujud. Hal ini lantaran situasi di daerah kantong itu berada di tangan kependudukan.
“Mengingat situasi di Jalur Gaza, tidak mungkin PBB dapat menyediakan keamanan bagi Presiden Palestina Mahmoud Abbas untuk mengunjungi daerah kantong yang dikepung itu,” kata juru bicara PBB Michele Zaccheo, dikutip Anadolu, Jumat (16/8/2024),
Ketika ditanyai tentang rencana Abbas mengunjungi Gaza, Zaccheo menekankan kembali bahwa penyediaan tim keamanan tidak realistis.
“Gagasan bahwa PBB dapat menyediakan keamanan mungkin tidak begitu realistis pada tahap ini,” tegasnya.
Bukan hanya itu saja, Zaccheo juga menekankan kembali wilayah yang diduduki itu berada di tangan Israel. Menurut Zaccheo, tanggung jawab utama keamanan di wilayah itu berada sepenuhnya di tangan kekuatan kependudukan.
“Saya pikir anggota Dewan Keamanan dan keluarga PBB semuanya sangat menyadari masalah keamanan di Gaza dan bahwa tanggung jawab utama untuk menyediakan keamanan di wilayah yang diduduki terletak pada kekuatan pendudukan,” jelasnya.
Meski demikian, ia mengatakan menyediakan kemanan, jika memungkinkan, mungkin tidak memerlukan reolusi Dewan Keamanan PBB.
Selama sesi luar biasa di parlemen Turki, Mahmoud Abbas secara lantang menyampaikan keinginannya untuk mengunjungi Jalur Gaza yang terkepung dalam 10 bulan terakhir. Abbas berniat untuk datang ke Gaza bersama dengan para petinggi Palestina lainnya.
“Saya umumkan di hadapan Anda dan dunia bahwa saya telah memutuskan untuk pergi ke Jalur Gaza bersama semua pemimpin Palestina,” kata Abbas ketika berada di Turki.
Abbas juga mendesak agar Dewan Keamanan PBB bisa memastikan akses mereka ke daerah kantong terkepung itu. Dia juga mengajak serta para pemimpin negara Arab, Muslim, dan negara-negara bersahabat lainnya ikut terjun langsung ke Gaza demi penyelesaian konflik berkepanjangan.
Sejak perang Hamas dan Israel terjadi Oktober lalu, sedikitnya 40.000 warga sipil Palestina tewas dalam serangan mematikan, termasuk perempuan dan anak-anak.
Selama berbulan-bulan para mediator gencatan senjata yaitu Mesir, Qatar, dan Amerika Perkumpulan berusaha untuk mencapai kesepakatan tersebut. Tetapi sejauh ini, kesepakatan gencatan senjata dan pertukaran sandera masih terus berlanjut.