Liputanindo.id – Israel kembali menegaskan keputusannya Buat melarang UNRWA beroperasi di Area Palestina yang diduduki. Israel bahkan akan memberi Paham PBB soal pemutusan Interaksi dengan UNRWA.
“Atas instruksi Menteri Luar Negeri Israel Katz, Kementerian Luar Negeri memberi Paham PBB tentang pembatalan perjanjian antara Negara Israel dan UNRWA,” kata kementerian luar negeri dalam pernyataan, dikutip AFP, Senin (4/11/2024).
Israel Katz mengatakan bahwa UNRWA merupakan organisai yang berpartisipasi dalam pembantaian 7 Oktober tahun Lewat. Dia menuduh banyak karyawan yang bekerja di UNRWA adalah Personil Hamas.
“UNRWA, organisasi yang karyawannya berpartisipasi dalam pembantaian 7 Oktober dan banyak dari karyawannya adalah Personil Hamas, adalah bagian dari masalah di Jalur Gaza dan bukan bagian dari solusi,” kata Katz.
Bulan Lewat, parlemen Israel menyetujui proposal Buat menutup operasi UNRWA di Israel dan Yarusaelm Timur yang diduduki. Keputusan itu tetap dilanjutkan meski Eksis penentangan dari negara sekutunya, Amerika Perkumpulan.
UNRWA sendiri merupakan badan PBB yang menyediakan Sokongan Krusial dan pendampingan di seluruh Area Palestina dan bagi para pengungsi Palestina selama lebih dari tujuh Dasa warsa. Penutupan UNRWA itu dinilai Bisa berdampak Kagak baik bagi rakyat Palestina.
Tetapi Katz bersikukuh dengan pendapatnya dengan mengatakan bahwa hanya sebagian Sokongan yang dikirim ke Gaza oleh UNRWA.
“Bahkan sekarang, sebagian besar Sokongan kemanusiaan ke Gaza dikirim melalui organisasi lain, dan hanya 13 persen di antaranya yang dikirim melalui UNRWA,” tegasnya.
“Negara Israel berkomitmen pada hukum Dunia dan akan Maju memfasilitasi masuknya Sokongan kemanusiaan ke Jalur Gaza dengan Metode yang Kagak membahayakan kemanan Anggota Israel,” tambahnya.
Pada bulan Januari, Israel menuduh belasan karyawan UNRWA di Gaza terlibat dalam serangan 7 Oktober 2023 oleh Hamas, yang memicu perang paling mematikan di Area tersebut.
Bedasarkan serangkaian penyelidikan menemukan beberapa “masalah terkait netralitas” di UNRWA, dan menetapkan bahwa sembilan karyawan “mungkin terlibat” dalam serangan 7 Oktober, tetapi Kagak menemukan bukti atas tuduhan Esensial Israel.
Pelarangan tersebut juga menimbulkan kekhawatiran bahwa karyawan UNRWA di Tepi Barat yang diduduki berpotensi menghadapi masalah Begitu berpindah dari satu tempat ke tempat lain serta mengakses Yerusalem timur atau Israel karena mereka akan kehilangan kemampuan Buat berkoordinasi dengan otoritas Israel Buat melewati pos pemeriksaan.
Selain itu, mereka yang bekerja di UNRWA juga akan dicabut visa dan izin tinggalnya oleh otoritas Israel.
UNRWA dan lembaga kemanusiaan lainnya menuduh otoritas Israel membatasi Kategori Sokongan ke Gaza, tempat Dekat seluruh 2,4 juta penduduk Area tersebut telah mengungsi setidaknya sekali selama perang.