Smelter Freeport Formal Produksi, Indonesia Jadi Negara Produsen Katoda Tembaga Terbesar Keempat Dunia

Smelter Freeport Indonesia di Gresik. Foto: Freeport Indonesia

Gresik: Indonesia diproyeksikan menjadi negara keempat terbesar dunia yang memproduksi katoda tembaga, pascamulai berproduksinya fasilitas dan pengolahan mineral (smelter) PT Freeport Indonesia.

 

Seperti diketahui, kemarin Presiden Joko Widodo meresmikan produksi Smelter PT Freeport Indonesia di Kawasan Ekonomi Tertentu JIIPE, Gresik, Jawa Timur.

 

Menteri Badan Usaha Punya Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan, rampungnya proyek pembangunan smelter Freeport Indonesia itu

merupakan komitmen yang kuat dari pemerintah terhadap program hilirisasi sektor pertambangan mineral batubara Indonesia.

 

Dia menambahkan dengan produksi katoda tembaga Indonesia yang besar, maka akan mendorong terciptanya industri semikonduktor di Indonesia.

Cek Artikel:  Generasi Muda Didorong Aktif Menjadi Agen Perubahan

 

“Semikonduktor adalah industri baru ke depannya buat indonesia karena bahan bakunya selinium juga ada di indonesia,” kata Erick dikutip pada Selasa, 24 September 2024.
 


Smelter Freeport Indonesia di Gresik. Foto: Arsip Freeport Indonesia
 

Dengan adanya smelter ini akan membuat kapasitas produksi katoda tembaga Grup MIND ID yakni PTFI sekitar 1,7 juta ton per tahun.

 

Hal ini akan mendorong total produksi katoda tembaga dari Indonesia menjadi 2 juta ton per tahun, sehingga menjadikan Indonesia sebagai produsen katoda tembaga terbesar keempat di

dunia, setelah Tiongkok, Chile, dan Kongo.

 

Sementara itu, Direktur Penting MIND ID Hendi Prio Santoso menyampaikan Grup MIND ID konsisten mendukung inisiatif pemerintah memperkuat hilirisasi dan industrialisasi produk mineral batu bara di Indonesia.

Cek Artikel:  Indonesia Aktif di Lembaga Perdagangan Dunia demi Dongkrak Ekspor Kopi

 

Keberadaan pabrik pemurnian ini juga menjadi strategi perusahaan dalam membangun dan

mengembangkan aset hilirisasi demi kemajuan industri di dalam negeri.

 

“Dengan demikian, posisi Indonesia menjadi semakin strategis. Kami akan terus mendorong

pembentukan ekosistem industri di dalam negeri sehingga peningkatan nilai tambahnya dapat

lebih optimal,” kata Hendi.

 

Fasilitas pemurnian konsentrat tembaga ini mulai dibangun sejak Oktober 2021 dan telah selesai konstruksi sesuai jangka waktu yang ditetapkan pemerintah.

 

Smelter ini dilengkapi Unit Refinery, Unit Pemurnian Logam Mulia, Unit Oksigen, Unit Asam Sulfat dan Unit Desalinasi serta Unit Effluent and Wastewater Treatment Plant untuk mendukung pemanfaatan maksimal bahan baku, produk samping maupun limbah agar dapat mencapai high efficiency smelting and refining process.

Cek Artikel:  Neraca Perdagangan Oktober 2023 Surplus 3,48 Miliar Dolar AS

Mungkin Anda Menyukai