SLEEP Apnea adalah gangguan tidur serius yang menyebabkan pernapasan terhenti dan dimulai kembali berulang kali. Apabila Anda mendengkur keras dan merasa lelah meski sudah tidur semalaman, Anda mungkin mengalami sleep apnea.
Apa itu Sleep Apnea?
Sleep apnea adalah kondisi di mana pernapasan berhenti saat tidur. Istilah “apnea” berasal dari bahasa Yunani yang berarti “kesulitan bernapas.” Sleep apnea terjadi karena saluran napas tersumbat (apnea tidur obstruktif) atau otak tidak mengatur pernapasan dengan benar (apnea sentral).
Kekurangan oksigen memicu refleks bertahan hidup yang membangunkan Anda agar bisa bernapas kembali, namun hal ini mengganggu siklus tidur, mengurangi kualitas tidur, dan dapat memberi tekanan pada jantung yang berpotensi berbahaya atau fatal.
Baca juga : Obat Epilepsi Berpotensi sebagai Terapi Alternatif untuk Sleep Apnea
Penyebab Sleep Apnea
Sleep apnea biasanya disebabkan faktor tertentu dan dapat memiliki kecenderungan genetik. Eksis tiga jenis utama sleep apnea, masing-masing dengan penyebab yang berbeda:
1. Sleep Apnea Obstruktif (OSA)
Ini adalah jenis yang paling umum, terjadi ketika otot-otot di kepala dan leher rileks saat tidur, menyebabkan jaringan di sekitarnya menekan tenggorokan dan menghalangi aliran udara.
2. Sleep Apnea Sentral
Jenis ini disebabkan gangguan di otak, yang seharusnya mengatur pernapasan sepanjang waktu. Sleep apnea sentral terjadi ketika otak gagal mengirimkan sinyal untuk menjaga otot-otot pernapasan tetap aktif. Penyebabnya bisa meliputi gagal jantung, hipoksia akibat ketinggian, kerusakan pada sistem saraf, atau kondisi seperti ALS.
Baca juga : Sering Lekas Mengantuk? Waspadai Ini Pandai Jadi Pertanda Gejala Diabetes
3. Sleep Apnea Adonanan/Kompleks
Jenis ini merupakan kombinasi dari sleep apnea obstruktif dan sentral, menggabungkan karakteristik kedua bentuk tersebut.
Gejala Sleep Apnea
Sleep apnea memiliki berbagai gejala, yang beberapa di antaranya lebih mudah dikenali daripada yang lain. Gejala-gejalanya meliputi:
- Merasa sangat lelah atau kehabisan tenaga saat bangun tidur. Meskipun sudah tidur sepanjang malam, penderita sering merasa sangat lelah.
- Mengalami rasa mengantuk di siang hari. Dalam kasus yang lebih parah, ini bisa menyebabkan kantuk saat mengemudi, bekerja, atau melakukan aktivitas lainnya.
- Mendengkur, meskipun tidak semua penderita sleep apnea mendengkur. Anda juga bisa mengalami sleep apnea tanpa mendengkur sama sekali.
- Perubahan suasana hati, seperti depresi dan kecemasan, yang sering terjadi pada penderita sleep apnea.
- Gangguan fungsi otak, seperti kehilangan ingatan, kesulitan berkonsentrasi, atau masalah otak lainnya.
- Terbangun berulang kali di malam hari, meskipun sering kali sulit diingat atau dihubungkan dengan terbangun. Biasnya orang sering mengingat terbangun karena alasan lain, seperti nyeri ulu hati atau kebutuhan untuk ke kamar mandi.
- Waktu luang pernapasan saat tidur yang diperhatikan oleh orang lain. Kekasih atau orang terdekat mungkin melihat gejala ini saat Anda tidur.
- Pola pernapasan tidak biasa, seperti pernapasan Cheyne-Stokes yang terjadi pada sleep apnea sentral. Ini ditandai dengan pola pernapasan yang menjadi semakin cepat dan dalam lalu semakin dangkal hingga berhenti sama sekali, sebelum mulai lagi.
- Kesulitan untuk tidur.
- Berkeringat di malam hari dan merasa gelisah.
- Disfungsi seksual.
- Terbangun dengan rasa sesak napas atau seperti tersedak.
- Nyeri kepala, terutama saat bangun tidur.
Sleep Apnea pada anak-anak
Sleep apnea pada anak-anak dapat muncul dengan cara yang berbeda. Gejala-gejalanya meliputi:
Baca juga : Terganggu Tidur Ngorok, Teh Herbal Pandai jadi Solusi
- Hiperaktivitas, kesulitan fokus, atau prestasi sekolah yang menurun, mirip dengan gejala ADHD.
- Mendengkur dengan keras.
- Mengompol.
- Menggerakkan lengan atau kaki secara sering saat tidur.
- Tidur dalam posisi tidak biasa atau dengan leher terentang.
- Mengalami refluks (mulas) atau keringat malam.
Siapa saja yang terkena sleep apnea?
Sleep apnea dapat terjadi pada siapa saja, mulai dari bayi hingga orang dewasa. Tetapi, sleep apnea obstruktif lebih sering terjadi dalam kondisi dan kelompok tertentu:
- Sebelum usia 50 tahun, kondisi ini lebih umum pada pria atau orang yang ditetapkan sebagai pria saat lahir (AMAB). Setelah usia 50 tahun, prevalensinya menjadi setara antara wanita dan orang yang ditetapkan sebagai wanita saat lahir (AFAB).
- Risiko meningkat seiring bertambahnya usia.
- Kelebihan berat badan atau obesitas meningkatkan risiko secara signifikan.
- Kondisi ini lebih umum pada individu keturunan Afrika, Hispanik, atau Asia.
Sleep apnea sentral lebih sering terjadi pada kelompok tertentu:
- Pengguna obat pereda nyeri opioid.
- Orang dewasa di atas 60 tahun.
- Individu dengan kondisi jantung seperti fibrilasi atrium atau gagal jantung kongestif.
- Penggunaan CPAP atau adanya sleep apnea obstruktif dapat memicu sleep apnea sentral pada sebagian orang.
- Tinggal di dataran tinggi dapat berpotensi menyebabkan apnea sentral.
(Z-3)